Selasa, 30 Juli 2019

KONTAK PERKASA FUTURES - Menanti The Fed, Harga Emas Dunia Berpeluang Turun Hari ini


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 30/07/2019 - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Selasa (30/7/19) setelah mencatat penguatan dua hari beruntun. Meski demikian penguatan dalam dua hari tersebut tidak terlalu besar, dan harga emas masih "galau" antara menguat atau melemah. 

Semakin dekatnya pengumuman suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) membuat emas semakin "galau". Sebabnya pelaku pasar masih bertanya-tanya berapa kali Jerome Powell dan kolega akan memangkas suku bunga di tahun ini.

Pemangkasan suku bunga pada Kamis (1/8/19) dini hari nanti sudah pasti, dan harga emas sepertinya sudah price in atau sudah menakar pemangkasan tersebut. Yang belum pasti apakah pemangkasan masih akan berlanjut atau tidak? Jika berlanjut, berapa kali lagi suku bunga akan dipangkas? 

Sedikit memberikan gambaran, European Central Bank (ECB) pada pekan lalu tidak terlalu dovish dan kemungkinan tidak akan ada pemangkasan suku bunga yang banyak serta program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) dalam jumlah besar. 

Hal senada diungkapkan Bank of Japan (BOJ) pagi tadi. BOJ masih mempertahankan kebijakan moneternya, dan menyatakan tidak akan ragu untuk menambah stimulus jika kondisi ekonomi memburuk. Pernyataan tersebut masih sama dengan sebelumnya, sementara pelaku pasar mengharapkan BOJ akan memberikan gambaran akan stimulus akan digelontorkan. 

Dengan kondisi ekonomi zona euro dan Jepang yang tidak lebih baik dari AS, ECB dan BOJ mengambil sikap yang tidak terlalu dovish

Kondisi ekonomi AS cukup bagus, pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2019 meski melambat namun masih lebih tinggi dari prediksi pelaku pasar. 


Hal tersebut membuat peluang The Fed tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga semakin menguat. Belum lagi pandangan dari Ketua The Fed sebelum Powell, yakni Janet Yellen. 

"Saya pikir terkait dengan risikonya (pelambatan ekonomi), saya cenderung untuk memangkas (suku bunga) sedikit. Saya tidak melihat ini sebagai awal dari siklus pelonggaran moneter, kecuali terjadi perubahan kondisi ekonomi" kata Yellen, sebagaimana dikutip CNBC International.

Seberapa dovish The Fed akan terjawab Kamis dini hari nanti, hingga saat itu tiba harga emas masih akan "galau", bergerak naik turun tetapi tidak terlalu besar. Pada pukul 13:35 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.425,20/troy ounce atau Rp 642.256/gram (kurs US$ 1 = Rp 14015), mengutip data investing

Senin, 29 Juli 2019

KONTAK PERKASA - Melemah 6 Hari Beruntun, Dolar Australia Akhirnya Bangkit


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 29/07/2019 - Dolar Australia menguat melawan rupiah di pertengahan perdagangan Senin (29/7/19), setelah melemah dalam enam hari berturut-turut. Total selama periode tersebut Mata Uang Kanguru anjlok 2,05% hingga menyentuh level terlemah sejak Januari 2016 Rp 9.657,91/AU$, sehingga memicu aksi ambil untung atau profit taking yang membuatnya menguat hari ini. 

Pada pukul 13:15 WIB, dolar Australia diperdagangkan di level Rp 9.681,56 atau menguat 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di awal perdagangan pagi ini, dolar Singapura juga sempat melemah ke level Rp 9.659,31, yang memberikan gambaran jelas penguatan siang ini akibat profit taking

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) terus mengirim sentimen negatif bagi mata uangnya. Dalam dua bulan terakhir RBA sudah memangkas suku bunga dua kali masing-masing 25 basis poin (bps) ke menjadi 1% dan merupakan rekor terendah sepanjang masa. 

Tidak hanya itu, Gubernur RBA Philip Lowe berulang kali menyatakan suku bunga akan dipangkas lagi seandainya pertumbuhan ekonomi Australia tidak juga terakselerasi dan inflasi masih rendah. 

Pelemahan dolar Australia di pasar spot berdampak pada kurs jual beli dalam negeri. Berikut beberapa kurs jual beli yang diambil dari situs resmi beberapa bank siang ini.

BankKurs BeliKurs Jual
BCA9.642,009.722,24
BRI9.610,009.750,74
Mandiri9.659,009.707,00
BNI9.648,009.719,00

Jumat, 26 Juli 2019

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Melemah, Rupiah Bisakah Balik ke Bawah 14.000 per Dolar AS?


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 26/07/2019 - Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga perdagangan di tengah hari Jumat (26/7/19). Dengan pelemahan hari ini, rupiah menuju pelemahan mingguan pertama dalam enam pekan terakhir. 

Sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang tidak terlampau agresif menjadi pemicu penguatan dolar AS. The Fed tidak akan memangkas suku bunga hingga 50 basis poin (bps) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) nanti. Data pesanan barang tahan lama AS yang naik pada Juni memperkuat prediksi pemangkasan hanya sebesar 25 bps.

Departemen Perdagangan AS melaporkan data pesanan barang tahan lama pada Juni naik 2% dari bulan sebelumnya yang turun 2,3%. Sementara, pesanan barang tahan lama inti (yang tidak memasukkan sektor transportasi dalam perhitungan) tumbuh 1,2% dari bulan sebelumnya yang naik 0,4%. 

Pesanan barang tahan lama ini menghitung jumlah produk terpesan yang memiliki umur ekonomis lebih dari 3 tahun. Bahkan kategori barang investasi untuk dunia usaha mencatat kenaikan sebesar 1,9%, menjadi yang terbesar dalam empat bulan terakhir, mengutip CNBC International.

Rilis data tersebut memberikan peluang pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) AS lebih tinggi dari prediksi, yang pada akhirnya mempengaruhi probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed. 

Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group, sampai saat ini pelaku pasar masih melihat peluang The Fed memangkas suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing 25 bps di tahun ini.

Peluang tersebut bisa saja berubah lagi merespon data pembacaan awal PDB (advance GDP) AS malam ini pukul 19:30 WIB. Hasil survei Reuters menunjukkan PDB AS di kuartal-II diprediksi tumbuh 1,8% lebih rendah dari kuartal sebelumnya 3,1%.

Pada pukul 12:24 WIB, rupiah berada di level 14.007/US$ melansir data investing.com.

Analisis Teknikal 

Melemah! Rupiah Bisa Balik ke Bawah 14.000 </i>Gak Ya</i>?Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com

Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram yang masuk ke wilayah positif. 

Melihat indikator tersebut, tekanan pelemahan dolar dalam jangka menengah sudah mulai berkurang.

Melemah! Rupiah Bisa Balik ke Bawah 14.000 </i>Gak Ya</i>?Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada time frame 1 jam, rupiah berada di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought). Indikator tersebut terlihat akan membatasi pelemahan rupiah. 

Rupiah kembali melemah ke atas Rp 14.000, dan selama bertahan di atas area tersebut peluang pelemahan ke area Rp 14.052 terbuka lebar. Namun, sepertinya rupiah tidak akan melemah sedalam itu, mengingat ada rilis data PDB AS malam ini yang membuat investor berhati-hati, serta indikator stochastic yang overbought

Target realistis pelemahan rupiah hari ini ke level Rp 14.025. Sementara, jika kembali ke bawah Rp 14.000, rupiah bisa memangkas pelemahan menuju Rp 13.980. Rentang pergerakan potensial rupiah di sisa perdagangan hari ini di kisaran Rp 13.980-14.025.

Rabu, 24 Juli 2019

PT KONTAK PERKASA - Ekonomi Eropa Tambah Parah, Nilai Tukar Euro Jatuh


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 24/07/2019 - Mata uang euro melanjutkan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/7/19) hingga mendekati level terlemah dalam dua tahun terakhir.

Kondisi ekonomi zona euro yang terlihat semakin memburuk membuat mata uang 19 negara ini terpukul. Euro melemah ke level US$ 1,1125 sebelum perlahan bangkit dan berada di level US$ 1,1137 atau melemah 0,13% pada pukul 15:20 WIB di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv.




Laporan dari institusi Markit menunjukkan aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) di zona euro semakin merosot. Data aktivitas manufaktur dan jasa dirilis ini berdasarkan survei terhadap manajer pembelian sehingga disebut juga purchasing manager index (PMI). 

Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas antara kontraksi dan ekspansi. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau penyusutan aktivitas, sementara di atas 50 menunjukkan ekspansi atau aktivitas yang berkembang. 


Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa menunjukkan kontraksi sektor manufaktur yang semakin dalam. Angka indeks yang dirilis Markit berada di level 43,1 di bulan ini, turun dari bulan Juni sebesar 45,0. Begitu juga sektor jasa yang melambat menjadi 55,4 dibandingkan sebelumnya 55,8. 

Selanjutnya Perancis, indeks manufakturnya mengalami pelambatan signifikan menjadi 50, ambang batas antara ekspansi dan kontraksi. Padahal di bulan lalu, sektor pengolahan ini masih berada di level 51,9, sebuah penurunan yang tajam hanya dalam sebulan. Sementara sektor jasanya masih menunjukkan ekspansi sebesar 52,2, tetapi melambat dari sebelumnya 52,9. 



Ternyata tidak hanya di dua negara tersebut, zona euro secara keseluruhan juga mengalami kontraksi sektor manufaktur yang semakin dalam. Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur blok 19 negara turun menjadi 46,4, menjadi kontraksi terdalam sejak Desember 2012. Sektor jasa masih lebih bagus, menunjukkan ekspansi 53,3, meski melambat dari bulan sebelumnya 53,6. 

Buruknya data aktivitas bisnis tersebut membuat spekulasi pemangkasan suku bunga European Central Bank (ECB) Kamis (25/7/19) besok semakin menguat. 

Mengutip Reuters, beberapa analis berpendapat ECB di bawah Presiden Mario Draghi akan bertindak memangkas suku bunga mendahului bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mencegah euro menguat terhadap dolar AS. 

Pelemahan mata uang memang bukan target bank sentral dalam menurunkan suku bunga, tetapi pelemahan kurs diperlukan agar produk-produk dari zona euro lebih kompetitif. 


PT KONTAK PERKASA

Analis dari Bank ING memprediksi mata uang 19 negara ini akan turun lebih dalam saat ECB mengumumkan kebijakan moneternya, melansir FXStreet.com. Selain memangkas suku bunga, ECB juga diprediksi akan memberikan sinyal adanya program pembelian aset (surat berharga dan obligasi) atau yang disebut quantitative easing(QE).

Tujuh bulan lalu, Draghi dkk mengakhiri program QE, bahkan berencana untuk menaikkan suku bunga di sekitar semester-II tahun ini. Namun kini arah angin berubah, ECB malah diprediksi akan memangkas suku bunga dan kembali menggelontorkan QE. 
smber : cnbcnews

Selasa, 23 Juli 2019

PT Kontak Perkasa Futures - Saham Asia Tergelincir Karena Kerusuhan

Saham Asia Tergelincir Karena Kerusuhan - PT Kontak Perkasa Futures


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI - Saham Asia jatuh pada hari Selasa karena terseret akan kekhawatiran tentang perang dagang Sino-AS, protes di Hong Kong dan jatuhnya mata uang peso Argentina mendorong investor ke tempat yang aman seperti obligasi, emas, dan yen.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,26% sementara Nikkei Jepang jatuh 1,28%. Penjualan di pasar regional terjadi karena saham Wall Street terpukul pada hari Senin, dengan S&P 500 kehilangan 1,23%.

Sentimen sudah lemah karena meningkatnya tanda-tanda bahwa Amerika Serikat dan China tidak akan dengan cepat menyelesaikan perang dagang mereka selama setahun. Pasar terpukul dengan turbulensi lebih lanjut setelah pengunjuk rasa berhasil menutup bandara Hong Kong.

Pedagang juga gelisah setelah Presiden Argentina Mauricio Macri merasa terpukul akan hasil di pemilihan presiden, meningkatkan risiko kembali ke kebijakan ekonomi intervensionis - PT KONTAK PERKASA FUTURES

Sumber : Reuters

Senin, 22 Juli 2019

KONTAK PERKASA - Reli Harga Minyak Setop, Ternyata Ini Penyebabnya


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 22/07/2019 - Harga minyak mentah dunia masih terus menguat akibat meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah. Namun proyeksi pertumbuhan permintaan tahun 2019 yang kembali dipangkas oleh International Energy Agency (IEA) membatasi penguatan harga.

Pada perdagangan hari Senin (22/7/2019) pukul 09:00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman September menguat 1,14% ke level US$ 63,18/barel.

Adapun harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) naik 0,58% menjadi US$ 55,95/barel.


Pekan lalu, harga Brent dan WTI terkoreksi masing-masing sebesar 6,37% dan 7,61% secara point-to-point. Itu merupakan pelemahan mingguan yang paling tajam sejak akhir Mei 2019.



Pergerakan harga minyak hari ini masih didorong oleh tensi hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran yang semakin tinggi. 

Akhir pekan lalu, Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan telah menangkap kapal tanker milik Inggris di Teluk Persia atas tuduhan pelanggaran batas wilayah.

Kapal tanker kedua, Mesdar, yang juga dioperasikan oleh Inggris terlihat berbelok tajam ke arah pesisir Iran pada Jumat (19/7/2019) siang setelah melewati sisi barat Selat Hormuz, berdasarkan data pemantauan Refinitiv.



Kejadian tersebut terjadi setelah pada bulan lalu Inggris menangkap kapal tanker milik Iran di Selat Gibraltar. Angkatan Laut Inggris berdalih Iran telah melanggar kesepakatan dengan Uni Eropa.

Seorang pejabat senior di pemerintahan AS mengatakan bahwa pihaknya akan menembak jatuh semua drone milik Iran jika berada terlalu dekat dengan kapal AS.

Sebelumnya, Angkatan Laut AS mengklaim telah menembak jatuh drone milik Iran. Meskipun Menteri Luar Negeri Iran membantah telah kehilangan sebuah drone.

Sederet peristiwa tersebut membuat wilayah Selat Hormuz menghadapi ancaman keamanan yang serius. Para perusahaan pengiriman menjadi semakin enggan melewati kawasan tersebut bila tidak ada kepastian keamanan.

Mengingat Selat Hormuz merupakan jalur distribusi seperlima minyak mentah global, ketersediaan pasokan di berbagai negara importir ikut terancam. Semakin sulit untuk melepas pasokan dari Timur Tengah ke pasar.

Ada pula kekhawatiran konflik berkembang menjadi adu senjata. Beberapa bulan lalu Presiden AS, Donald Trump pernah mengancam akan melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya di Timur Tengah. Bahkan dengan 'kekuatan penuh'.

Timur Tengah merupakan salah satu kawasan dengan cadangan minyak terbesar di dunia. Kala produksi di sana terganggu, pasokan global tentu akan berkurang signifikan.

Namun, akhir pekan lalu IEA kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak tahun 2019 menjadi tinggal 1,1 juta barel/hari. Pemangkasan tersebut merupakan kali kedua di tahun ini. Pada bulan Juni, IEA memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dari 1,5 juta barel/hari menjadi 1,2 juta barel/hari.

Alhasil risiko ketimpangan fundamental (pasokan-permintaan) balik mencuat. Kenaikan harga minyak hari ini menjadi terbatas. smber : cnbcnews

Jumat, 19 Juli 2019

PT KONTAK PERKASA - Dolar stabil pasca menguatnya spekulasi penurunan suku bunga Fed


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 19/07/2019 - Dolar AS sedikit pulih di awal perdagangan hari Jumat, pasca turun tajam setelah komentar dovish dari pembuat kebijakan utama mendukung ekspektasi penurunan suku bunga agresif bulan ini.
Pada konferensi bank sentral pada hari Kamis, Presiden Fed New York John Williams berpendapat untuk langkah-langkah pencegahan untuk menghindari transaksi dengan inflasi yang terlalu rendah dan suku bunga.
Dolar turun sebelum rebound pasca perwakilan Fed New York kemudian mengatakan komentar Williams bersifat akademis dan bukan tentang arah kebijakan langsung.
Euro melemah 0,2% menjadi $ 1,1261 tetapi tetap kuat dalam kisaran mingguan karena pedagang menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa minggu depan.
Indeks dolar, yang mencapai level terendah dua minggu di 96.648, melambung ke 96.855. Dolar menguat terhadap yen, naik 0,3% menjadi 107,60. (Tgh)
Sumber: Reuters

Kamis, 18 Juli 2019

KONTAK PERKASA - Data Ekonomi AS Belum Puaskan Fed, Emas Bisa Bersinar Lagi

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 18/07/2019 - Harga emas terkoreksi turun pada perdagangan Kamis (18/7/19) setelah menguat tajam pada Rabu kemarin. Rilis Beige Book oleh bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) memberikan tekanan bagi dolar AS yang mendorong kenaikan harga logam mulia

Beige Book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian.

Secara umum, aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya pada pertengahan Mei hingga awal Juli dilaporkan masih meningkat tetapi dalam laju yang terbatas. Padahal, data ekonomi AS seperti data tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel cenderung positif. 

Namun, rupanya semua itu masih belum cukup bagus bagi The Fed. Gubernur The Fed Jerome Powell tidak mengubah sikapnya. Saat berbicara di Paris pada Selasa tengah malam Powell kembali menegaskan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.



Pelaku pasar kini kembali meyakini bahwa The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali di tahun ini. Yang paling dekat pemangkasan akan dilakukan pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), kemudian dua lagi di bulan September dan Desember. 

Pada pukul 13:37 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.423 per troy ounce, melansir data investing.com.


Analisis Teknikal 
Data Ekonomi AS Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: investing

Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif tetapi bergerak turun dan histogram masih di wilayah negatif.

Data Ekonomi AS Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing
Pada time frame 1 menit, emas bergerak di bawah MA 8, tetapi di atas MA 21 dan MA 125. Indikator Stochastic bergerak turun menjauhi wilayah jenuh beli (overbought). 

Penguatan signifikan emas kemungkinan akan membatas arah naik pada hari ini, dengan resisten (tahanan atas) terdekat berada di level US$ 1.426. Selama tertahan di bawah resisten, emas berpotensi melemah ke level US$ 1.421. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang turun ke area US$ 1.416. 

Sementara, jika mampu menembus resisten, logam mulia berpeluang menguat kembali ke area US$ 1.432 per troy ounce.

Smber : cnbcnews

Rabu, 17 Juli 2019

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Dibuat Bingung Data Ekonomi AS & The Fed, Emas Mau Ke Mana?


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 17/07/2019 - Harga emas dunia kembali melemah pada perdagangan Rabu (17/7/19), data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bagus memberikan terkanan bagi logam mulia. 

Departemen Perdagangan AS melaporkan data penjualan ritel dan penjualan ritel inti (tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) naik masing-masing 0,4% month-on-month (MoM), lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,1%.

Data itu menunjukkan ekonomi AS masih menunjukkan kinerja bagus di akhir kuartal-II 2019, apalagi melihat data tenaga kerja dan inflasi sebelumnya. 

Data penjualan ritel yang terkait dengan belanja konsumen merupakan komponen yang berkontribusi sekitar 68% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga tingginya penjualan ritel bisa jadi akan positif bagi PDB AS periode April-Juni.

Hal ini tentunya jadi pertimbangan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memutuskan apakah akan memangkas atau mempertahankan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus WIB)

Namun meski data dari AS masih positif, tetap saja ketua The Fed Jerome Powell tidak mengubah sikapnya. Saat berbicara di Paris tengah malam tadi Powell kembali menegaskan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS. 

Sikap Powell tersebut menjadi indikasi kuat suku bunga akan dipangkas akhir bulan nanti, sesuai dengan prediksi pelaku pasar. Tetapi sepertinya yang pelaku pasar masih ingin melihat gambaran lebih jelas, berapa kali sebenarnya bank sentral paling powerful di dunia ini akan melakukan pemangkasan di tahun ini. 

Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, sehingga semakin rendah suku bunga di AS dan secara global, akan memberikan keuntungan yang lebih besar dalam memegang aset emas. 

Logam mulia juga sangat terkait dengan nilai tukar dolar AS. Kala greenback melemah, maka harga emas akan naik karena emas adalah komoditas yang dibanderol dengan dolar AS. Karenanya, spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed sangat mempengaruhi pergerakan emas. Pada pukul US$ 1.405,22 per troy ounce.

Analisis Teknikal 

Dibuat Bingung Data Ekonomi AS dan The Fed, Emas Mau Kemana? Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Foto: investing


Emas mencapai target penurunan US$ 1.405 pada perdagangan Selasa kemarin. Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif tetapi bergerak turun dan histogram masih di wilayah negatif.

Dibuat Bingung Data Ekonomi AS dan The Fed, Emas Mau Kemana? Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Foto: investing

Pada time frame 1 menit, emas bergerak di kisaran MA 8, tetapi di bawah MA 21 dan MA 125. Indikator Stochastic bergerak mendatar di dekat wilayah jenuh jual (oversold). 

Emas masih bergerak di kisaran US$ 1.405 yang menjadi support(tahanan bawah) terdekat. Selama tidak menembus ke bawah level tersebut, logam mulai berpeluang nauk ke area US$ 1.411. Penembusan di atas level tersebut akan membuka peluang ke area US$ 1.416. 

Sebaliknya jika support ditembus, emas berpeluang besar menguji level psikologis US$ 1.400. Jika level tersebut ditembus, emas berpotensi turun US$ 1.396.
Smber: cnbcnews

Selasa, 16 Juli 2019

PT KONTAK PERKASA - Cek Gaes! Saham Antam Untung 17%, Cuan Emasnya Berapa?


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 16/07/2019 - Kenaikan harga emas global dan emas batangan menjadi salah satu katalis penguatan harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam. Investor tampaknya berekspekasi kenaikan harga emas tersebut bisa mendorong kinerja penjualan perseroan. 

Jelang penutupan perdagangan sesi I, Selasa (16/7/2019), harga saham Antam tercatat 1,7% ke level Rp 895/saham. Volume perdagangan saham emiten yang masuk anak usaha PT Inalum (Persero) ini mencapai 68,49 juta, senilai Rp 60,94 miliar. 

PT KONTAK PERKASA – Emas Terpeleset Kena Profit Taking, Tapi Tak Sampai Jatuh Kok


Harga saham Antam tampaknya tahun ini berada di jalur positif, di mana kenaiknnya secara year to date atau tahun berjalan mencapai 17% atau tepatnya 16,99%. 
Hal ini sejalan dengan harga emas dunia. Berdasarkan data Comex harga emas secara year to date naik 10,33%, sedangkan harga di pasar spot naik 10,21%. 

Sementara itu, harga emas batangan produksi Antam dalam pada periode yang sama untuk ukuran 1 gram tercatat naik 5,85%. 

Dalam sepekan terakhir, harga emas dunia sudah naik 1,07%, bahkan penguatannya mencapai 5,5% selama sebulan ke belakang. 

Oleh karena itu, komoditas ini sangat rentan terkena profit takingCuanbesar sudah didapat, sehingga investor bisa melepas emas kapan saja, harga pun terkoreksi. 

Selain itu, penurunan harga emas juga disebabkan oleh dolar AS yang cenderung menguat. Pada pukul 08:51 WIB hari ini, Dollar Index (yang mengukur posisi mata uang greenback ini di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%. 

Apresiasi dolar AS disebabkan oleh rilis data ekonomi yang positif. Bank sentral AS, Federal Reserves/The Fed New York melaporkan, angka pembacaan awal indeks manufaktur untuk negara bagian New York periode Juli ada di 4,3. Jauh membaik ketimbang Juni yang -8,6. Angka 4,3 juga di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 2. 

Data ekonomi AS yang masih bagus ini membuat peluang penurunan suku bunga acuan mengecil, meski probabilitasnya masih sangat tinggi. Mengutip CME Fedwatch, kemungkinan penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada akhir Juli adalah 70,3%. Lebih rendah dibandingkan kemarin yang mencapai 77%. 

Jadi, masih ada harapan The Fed tidak jadi menurunkan suku bunga acuan (walau amat sangat tipis sekali banget). Sebab itu, dolar AS masih mampu menguat meski di rentang terbatas. 

Hubungan emas dan dolar AS adalah berbanding terbalik. Kala dolar AS menguat, emas justru melemah. 

Emas adalah komoditas yang dibanderol dengan dolar AS, sehingga kala greenback menguat maka harga emas menjadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Ini menyebabkan permintaan berkurang sehingga harga mengarah ke selatan.

Sumber : cnbcnews

Senin, 15 Juli 2019

Kontak Perkasa Futures - Pidato Jokowi Bikin Emas Antam Tak Gerak Rp 706.000/gram


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 15/07/2019 - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) stagnan pada Senin ini di level Rp 706.000/gram dibanding posisi Sabtu pekan lalu, tidak terdampak dari pidato program pemerintahan Joko Widodo kemarin.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini (15/7/19), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram masih sama yaitu pada Rp 65,7 juta dibanding harga akhir pekan lalu. 
 

Stagnannya harga emas Antam itu tidak sejalan dengan harga emas di pasar spot global yang justru menguat akhir pekan lalu menjadi US$ 1.415 per troy ounce. 
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. 

Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.
  


Baca : 

Kontak Perkasa Futures – Jelas! Ekonomi China Nyungsep, Harga Emas Dunia Terbang



Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga stagnan hari ini pada Rp 635.000 per gram dari posisi akhir pekan lalu.  
Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut. 
Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama. 
Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.  
Harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko dan kondisi pasar satu hari kerja sebelumnya. 


Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.  
Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.  Smber : cnbcnews

Jumat, 12 Juli 2019

KONTAK PERKASA - Menggiurkan! Cuan Emas 6 Kali Lebih Besar dari Forex

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 12/07/2019 - Emas sedang menjadi primadona belakangan ini, harganya melesat tinggi hingga mencapai US$ 1.438 per troy ounce pada 25 Juni lalu. Titik tersebut merupakan yang tertinggi sejak Mei 2013 bagi emas. 

Logam mulia juga menjadi salah satu favorit dalam dunia trading di pasar berjangka atau futures, selain juga trading mata uang atau forexTrading futures merupakan salah satu investasi kategori high risk high return sehingga cukup diminati bagi investor yang berkarakter risk taker




Baik itu trading emas maupun forex harus melalui broker, besarnya transaksi dilihat dari jumlah lot. Untuk membuka 1 lot kontrak standar dibutuhkan modal yang berbeda-beda tergantung berapa leverage (rasio antara dana si trader sendiri dan dana pinjaman) yang digunakan oleh trader. 

Untuk broker di Indonesia biasanya menggunakan leverage sebesar 1:100, sehingga modal atau biasa disebut margin yang diperlukan untuk membuka 1 lot transaksi biasanya sebesar US$ 1.000.

Baca :

Kontak Perkasa – Harga Emas Dunia Sedang Labil, Sekarang Rp 637.036/gram


Perlu diketahui juga dalam trading di pasar berjangka terdapat peluang dua arah, yang artinya bisa mengambil posisi beli (buy) dan jual (sell). Saat harga sedang naik dan mengambil posisi buy akan menghasilkan cuan, dan sebaliknya saat harga sedang turun maka posisi sell yang akan menghasilkan profit.

Berdasarkan data Refinitiv, di akhir 2018 harga emas berada di level US$ 1.282,73, dan mengakhiri perdagangan Kamis (11/7/19) kemarin di level US$ 1.403,60 per troy ounce, yang berarti terjadi kenaikan harga sebesar US$ 120,87. 

Jadi berapa cuan yang dihasilkan saat trading emas? 

Trading 1 lot emas menghasilkan cuan sebesar US$ 100 setiap harga emas bergerak sebanyak US$1. Dengan demikian, jika sejak awal tahun mengambil posisi buy dalam trading emas akan menghasilkan cuansebesar US$ 12.147/lot. Jika di-rupiah-kan, maka cuan yang dihasilkan sekitar Rp 170 juta (kurs Rp 14.060/US$). 

Lantas bagaimana dengan cuan di pasar forex? 

Kita ambil contoh dua pair mata uang yang paling populer di dunia, EUR/USD dan GBP/USD. Baik euro maupun poundsterling mengalami pelemahan melawan dolar AS sejak awal tahun, sehingga posisi sell EUR/USD dan GBP/USD akan menghasilkan cuan.

EUR/USD mengakhir perdagangan 2018 US$ 1,1469 dan mengakhiri perdagangan di level US$ 1,1265, yang berarti ada penurunan sebesar US$ 0,0204 atau dalam dunia forex lazim disebut 204 pip. rading EUR/USD dengan besar 1 lot menghasilkan profit sebesar US$ 10 per 1 pip, sehingga jika mengambil posisi sell sejak awal tahun maka profit yang dihasilkan sebesar US$ 2.040 atau jika di-rupiah-kan menjadi Rp 28 juta. 

Dengan perhitungan yang sama dengan EUR/USD, trading dengan mengambil posisi sell GBP/USD menghasilkan cuan sebesar Rp 30 juta. 

Melihat jauhnya selisih cuan yang dihasilkan antara trading emas dengan forex jika mengambil posisi sejak awal tahun, maka emas memang layak menjadi primadona di tahun ini. 

rading EUR/USD dengan besar 1 lot menghasilkan profit sebesar US$ 10 per 1 pip, sehingga jika mengambil posisi sell sejak awal tahun maka profit yang dihasilkan sebesar US$ 2.040 atau jika di-rupiah-kan menjadi Rp 28 juta. 

Dengan perhitungan yang sama dengan EUR/USD, trading dengan mengambil posisi sell GBP/USD menghasilkan cuan sebesar Rp 30 juta. 

Melihat jauhnya selisih cuan yang dihasilkan antara trading emas dengan forex jika mengambil posisi sejak awal tahun, maka emas memang layak menjadi primadona di tahun ini. Smber: cnbcnews