Senin, 22 Juli 2019

KONTAK PERKASA - Reli Harga Minyak Setop, Ternyata Ini Penyebabnya


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 22/07/2019 - Harga minyak mentah dunia masih terus menguat akibat meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah. Namun proyeksi pertumbuhan permintaan tahun 2019 yang kembali dipangkas oleh International Energy Agency (IEA) membatasi penguatan harga.

Pada perdagangan hari Senin (22/7/2019) pukul 09:00 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman September menguat 1,14% ke level US$ 63,18/barel.

Adapun harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) naik 0,58% menjadi US$ 55,95/barel.


Pekan lalu, harga Brent dan WTI terkoreksi masing-masing sebesar 6,37% dan 7,61% secara point-to-point. Itu merupakan pelemahan mingguan yang paling tajam sejak akhir Mei 2019.



Pergerakan harga minyak hari ini masih didorong oleh tensi hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran yang semakin tinggi. 

Akhir pekan lalu, Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan telah menangkap kapal tanker milik Inggris di Teluk Persia atas tuduhan pelanggaran batas wilayah.

Kapal tanker kedua, Mesdar, yang juga dioperasikan oleh Inggris terlihat berbelok tajam ke arah pesisir Iran pada Jumat (19/7/2019) siang setelah melewati sisi barat Selat Hormuz, berdasarkan data pemantauan Refinitiv.



Kejadian tersebut terjadi setelah pada bulan lalu Inggris menangkap kapal tanker milik Iran di Selat Gibraltar. Angkatan Laut Inggris berdalih Iran telah melanggar kesepakatan dengan Uni Eropa.

Seorang pejabat senior di pemerintahan AS mengatakan bahwa pihaknya akan menembak jatuh semua drone milik Iran jika berada terlalu dekat dengan kapal AS.

Sebelumnya, Angkatan Laut AS mengklaim telah menembak jatuh drone milik Iran. Meskipun Menteri Luar Negeri Iran membantah telah kehilangan sebuah drone.

Sederet peristiwa tersebut membuat wilayah Selat Hormuz menghadapi ancaman keamanan yang serius. Para perusahaan pengiriman menjadi semakin enggan melewati kawasan tersebut bila tidak ada kepastian keamanan.

Mengingat Selat Hormuz merupakan jalur distribusi seperlima minyak mentah global, ketersediaan pasokan di berbagai negara importir ikut terancam. Semakin sulit untuk melepas pasokan dari Timur Tengah ke pasar.

Ada pula kekhawatiran konflik berkembang menjadi adu senjata. Beberapa bulan lalu Presiden AS, Donald Trump pernah mengancam akan melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya di Timur Tengah. Bahkan dengan 'kekuatan penuh'.

Timur Tengah merupakan salah satu kawasan dengan cadangan minyak terbesar di dunia. Kala produksi di sana terganggu, pasokan global tentu akan berkurang signifikan.

Namun, akhir pekan lalu IEA kembali memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak tahun 2019 menjadi tinggal 1,1 juta barel/hari. Pemangkasan tersebut merupakan kali kedua di tahun ini. Pada bulan Juni, IEA memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dari 1,5 juta barel/hari menjadi 1,2 juta barel/hari.

Alhasil risiko ketimpangan fundamental (pasokan-permintaan) balik mencuat. Kenaikan harga minyak hari ini menjadi terbatas. smber : cnbcnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar