Jumat, 30 Agustus 2019

KONTAK PERKASA FUTURES - Harga Emas Turun Terkait Pemulihan Saham Global & Meredanya Kekhawatiran Perang Dagang


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 30/08/2019 - Harga emas safe-haven diperdagangkan lebih rendah pada hari Jumat di Asia setelah China dan AS mengindikasikan bahwa pembicaraan perdagangan antara kedua belah pihak dapat dilanjutkan.
Emas Berjangka untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Mercantile Exchange turun 0,2% menjadi $ 1.534,10 per troy ounce pada 12:57 ET (04:57 GMT).
Gao Feng, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan bahwa Beijing tidak akan membalas untuk saat ini terhadap pergerakan tarif terbaru Presiden AS Donald Trump.
Gao juga mengatakan China "bersedia bernegosiasi dan berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah ini dengan sikap tenang," tetapi menambahkan bahwa penting bagi Washington untuk membatalkan kenaikan tarif.(mrv)
Sumber: Investing.com

Kamis, 29 Agustus 2019

PT KONTAK PERKASA - Emas Menuju Kenaikan Bulanan ke-4

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 29/08/2019 - Emas menuju kenaikan bulanan keempat karena banyak faktor termasuk perang perdagangan dan suku bunga riil negatif mendorong lonjakan harga. Harga perak melonjak pada hari Rabu untuk mencapai level tertinggi sejak 2017.
Emas menguat 0,3% menjadi $ 1543,15 per ons pada pukul 9:46 pagi di Singapura, menuju kenaikan bulanan lebih dari 9%. Indeks Bloomberg Dollar Spot  stabil. Perak naik untuk hari kelima, menyentuh $ 18,5113 per ons pada Rabu kemarin, Tertinggi sejak 2017; logam ini di jalur untuk kenaikan mingguan keempat. Paladium stabil, platinum turun 0,3%.

PT KONTAK PERKASA – Emas menguat terkait imbal hasil obligasi memperpanjang penurunan

Dalam perkembangan terbaru tentang perdagangan, Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan para pejabat perdagangan AS mengharapkan negosiator China untuk mengunjungi Washington, tetapi tidak akan mengatakan apakah pertemuan September yang direncanakan sebelumnya akan dilakukan.(mrv)
Sumber: Bloomberg

Rabu, 28 Agustus 2019

KONTAK PERKASA - Isu Resesi Kembali Dongkrak Emas, Bisakah Tembus Rekor Baru?



PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 28/08/2019 - Harga emas kembali menguat pada perdagangan Selasa (27/8/19) kemarin akibat isu resesi yang kembali menerpa Amerika Serikat (AS). Logam mulia ini kini mendekati rekor tertinggi tahun ini US$ 1.554/troy ons. 

Isu resesi di AS kembali muncul setelah imbal hasil (yield) obligasi atau Treasury AS kembali mengalami inversi. 

Inversi terjadi antara yield Treasury Tenor 2 tahun dengan 10 tahun. Artinya, yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang yang menandakan investor melihat ada risiko yang lebih besar dalam jangka pendek. 


Data dari Credit Suisse menunjukkan sejak 1978 terjadi lima kali inversi yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun dan 10 tahun. Semuanya menjadi awal terjadinya resesi. Rata-rata resesi akan terjadi 22 bulan setelah inversi.

Kondisi perekonomian global memang sedang melambat di tahun ini, penyebab utamanya adalah perang dagang antara AS dengan China. Kini perang dagang kedua negara kembali tereskalasi dan laju perekonomian berpotensi semakin melambat. 

Kedua negara akan mengenakan tarif impor baru pada 1 September nanti. AS akan mengenakan tarif impor sebesar 15% tahap pertama untuk produk dari China dengan total nilai US$ 300 miliar. Sementara, China mengenakan tarif impor kisaran 5%-10% untuk produk dari AS dengan total nilai US% 75 miliar. 

Sejauh ini belum ada tanda-tanda akan ada penundaan berlakunya tarif impor tersebut. Sebelumnya di awal pekan Presiden AS, Donald Trump, mengatakan China menginginkan perundingan dimulai lagi dan kedua negara akan memulai pembicaraan dengan serius. 

Baca juga : 

KONTAK PERKASA – Enggak Cuma Emas, Investasi di Yen Juga Cuan Gede



"China menghubungi para negosiator dagang kita tadi malam dan mengatakan "mari kembali berunding", jadi kita akan kembali bernegosiasi dan saya pikir mereka akan melakukan sesuatu. (Ekonomi) mereka telah terpukul hebat tapi mereka paham ini perundingan ini hal yang benar untuk dilakukan dan saya memberikan rasa hormat untuk itu" kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International

Namun, nyatanya pihak China membantah hal tersebut.  "Saya belum mendengar kejadian terkait dua sambungan telepon yang disebut oleh pihak AS pada akhir pekan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dilansir dari CNBC International

Pasar kini dipenuhi ketidakpastian apakah akan ada perundingan dagang antara kedua negara dalam waktu dekat, Satu hal yang pasti, emas selalu diuntungkan jika ada ketidakpastian. 
smber : CNBC

Selasa, 27 Agustus 2019

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Emas Stabil Terkait Komentar Trump yang Mengurangi Ketegangan Perdagangan


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 27/08/2019 - Emas stabil setelah terjadinya fluktuasi pada hari Senin karena investor menimbang perkembangan terbaru dalam perang perdagangan. Pasca kenaikan, bullion kemudian menghapus kenaikan di sesi pembukaan minggu ini karena Presiden Donald Trump mengatakan China ingin membuat kesepakatan tentang perdagangan, mengurangi ketegangan.

Baca

PT KONTAK PERKASA FUTURES – Usai Tembus Rekor Tertinggi, Harga Emas Antam Koreksi Tipis

Spot emas menguat  0,2% di $ 1,529.88 per ons pada jam 9:27 di Singapura, menuju penutupan tertinggi sejak April 2013. Pada hari Senin, harga berakhir hampir tidak berubah setelah naik sebanyak 1,8% dalam perdagangan intraday. Indeks Bloomberg Dollar Spot turun 0,1% setelah menguat 0,3% pada hari Senin.
Trump meninggalkan KTT G-7 dengan nada yang lebih lembut ke Beijing hanya beberapa hari setelah menakuti pasar keuangan dengan eskalasi lain dalam perang dagang mereka. Meski begitu, Trump juga menegaskan bahwa dia tidak meninggalkan taktiknya yang kasar untuk memaksakan kesepakatan perdagangan di Tiongkok.(mrv)
Sumber: Bloomberg

Senin, 26 Agustus 2019

KONTAK PERKASA - Terbukti! Harga Emas Dunia Rekor Lagi Hari Ini


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 26/08/2019 - Harga emas dunia terus menanjak akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang semakin memanas. Kedua negara telah sama-sama mengumumkan kenaikan tarif yang akan mulai berlaku dalam beberapa pekan ke depan.

Pada perdagangan hari Senin (26/8/2019) pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodities Exchange (COMEX) lompat 1,14% ke level US$ 1.555,2/troy ounce (Rp 700.090/gram).

Adapun harga emas di pasar spot melesat 1,18% menjadi US$ 1.544,17/troy ounce (Rp 695.124/gram).

Baca juga:

KONTAK PERKASA – AS-China Panas Lagi, Harga Emas Bisa Lebih Tinggi?

Posisi ini merupakan titik tertinggi sejak 6 tahun lalu, tepatnya 10 April 2013.

Sementara di sesi perdagangan akhir pekan lalu (23/8/2019) , harga emas COMEX dan spot ditutup menguat masing-masing sebesar 1,93% dan 1,84%. Sedangkan dalam sepekan, harga emas COMEX dan spot juga tercatat menguat masing-masing sebesar 0,92% dan 0,82% secara point-to-point.

Sebagaimana yang telah diketahui, akhir pekan lalu China telah mengumumkan bea masuk baru sekitar 5-10% atas produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar. Untuk sebagian produk, bea masuk tersebut berlaku efektif mulai 1 September 2019. Selain itu ada pula beberapa produk yang bea masuknya batu akan berlaku per 15 Desember 2019.
Tak hanya itu, China juga kembali mengaktifkan bea masuk sebesar 25% terhadap mobil-mobil pabrikan AS, serta tarif 5% atas komponen mobil. Tarif tersebut mulai berlaku efektif pada 15 Desember 2019.
"Sebagai respons terhadap tindakan AS, China terpaksa mengambil langkah balasan," tulis pernyataan resmi pemerintah China, dilansir dari CNBC International.
Sebagai informasi, sebelumnya tarif atas mobil AS dan komponennya sudah pernah dikenakan oleh pemerintah China. Namun pada April 2019, tarif tersebut sempat dihapus seiring degan berjalannya perundingan dagang yang intensif dengan pemerintah AS.
Tidak perlu lama bagi Presiden AS, Donald Trump, untuk bereaksi terhadap langkah yang diambil Negeri Tirai Bambu.
Melalui cuitan di Twitter, Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%. Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.
Dengan begini, kondisi perekonomian global kembali diliputi hawa-hawa ketidakpastian. Kala dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia berseteru perihal perdagangan, maka dampaknya akan mendunia. 
Menakar Cuan, Emas atau Deposito? Smber : cnbcnews

Jumat, 23 Agustus 2019

KONTAK PERKASA FUTURES - Ketika Seluruh Mata di Dunia Melirik Emas


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 23/08/2019 -  Ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China hingga saat ini belum ada tanda-tanda ke arah penyelesaian. Bahkan setelah sempat mereda, kali ini kembali memanas.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, tidak hanya berlanjutnya perang dagang tapi kejadian di negara lain seperti Brexit hingga perlambatan ekonomi global masih menghantui pasar keuangan global.

"Perekonomian AS tumbuh melambat akibat menurunnya ekspor dan juga investasi non-residensial. Pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, Tiongkok dan India juga lebih rendah dipengaruhi penurunan kinerja sektor eksternal serta permintaan domestik," ujar Perry di Gedung BI, Jakarta, Kamis (23/8/2019). 

Baca:

KONTAK PERKASA FUTURES – Tunggu Pidato Bos The Fed, Harga Emas Makin Susut

Menurutnya, pelemahan ekonomi global yang terus berlanjut juga menekan harga komoditas dunia termasuk hanya minyak. Oleh karenanya, berbagai negara melakukan stimulus fiskal dan memperlonggar kebijakan moneter merespon pelemahan ekonomi global ini.

Hal ini juga dilakukan oleh Bank Sentral AS yang pada Juli 2019 telah menurunkan suku bunga kebijakannya. Langkah ini pun diikuti oleh sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia.

Selain itu, kondisi global ini juga membuat investor untuk mencari instrumen investasi lainnya yang aman untuk menyimpan dananya.


Emas pun muncul sebagai salah satu pilihan yang dianggap paling aman oleh investor untuk menyimpan dananya. Apalagi harga emas memang menguat di tengah ketidakpastian global saat ini.

"Ketidakpastian pasar keuangan global juga berlanjut dan mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman, seperti obligasi pemerintah AS dan Jepang, serta komoditas emas," tegasnya.


Lanjutnya, dinamika ekonomi global tersebut memang perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal.

Kamis, 22 Agustus 2019

PT KONTAK PERKASA - Bunga Acuan The Fed akan Turun 5 Kali, Harga Emas Jadi Labil

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 22/08/2019 - Harga emas dunia di pasar spot masih bertahan di level US$ 1.500/troy ounce setelah mengalami penurunan harga kemarin. Perhatian investor kali ini tertuju pada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga. 

Pada perdagangan Selasa harga emas mencapai US$ 1.508, setelah itu harga emas terkoreksi turun hingga perdagangan Rabu. Hal tersebut memberikan gambaran US$ 1.508 menjadi resisten (tahanan atas) yang cukup kuat. 

Secara teknikal, berdasarkan grafik harian emas masih bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), tetapi masih di atas MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau). 
Foto: CNBC Indonesia

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram sudah memasuki area negatif, memberikan gambaran momentum penguatan yang melemah. 


Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8 dan MA 21, tetapi masih di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold). 

Foto: CNBC Indonesia

Selama bertahan di atas level psikologis US$ 1.500, emas masih berpotensi menguat dan menguji kembali level US$ 1.508. Hanya penembusan konsisten di atas level tersebut yang dapat membawa harga naik lebih tinggi, dengan target menuju area US$ 1.1515. 

Sementara itu level US$ 1.500 ditembus ke bawah, emas berpeluang kembali terkoreksi ke area US$ 1.496. Penembusan di bawah area tersebut akan membawa emas turun menuju US$ 1.490. Smber : cnbc

Rabu, 21 Agustus 2019

KONTAK PERKASA - Duh! Ada Apa dengan Harga Emas, Pagi Hari Kok Labil?


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 21/08/2019 - Setelah sempat menguat, pergerakan harga emas masih terbatas dengan kecenderungan melemah. Sejumlah agenda yang akan berlangsung pekan ini membuat pelaku pasar belum agresif dalam mengambil keputusan investasi.

Pada perdagangan hari Rabu (21/8/2019) pukul 08:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodities Exchange (COMEX) stagnan di posisi US$ 1.515,7/troy ounce (Rp 682.308/gram).

Sementara harga emas di pasar spot melemah 0,14% ke level US$ 1.504,29/troy ounce (Rp 677.172/gram).
Adapun kemarin harga emas COMEX dan Spot ditutup menguat masing-masing sebesar 0,27% dan 0,77%.

Baca:

KONTAK PERKASA – Fed Diramal Pangkas Bunga Lima Kali, Harga Emas Kok Melemah?


Pergerakan harga emas yang cenderung terbatas terjadi karena investor masih memasang mode wait and see sembari menunggu beberapa agenda ke depan.

Pertama adalah rilis risalah (minutes of meeting/MOM) rapat Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed edisi Juli 2019 pada hari Rabu (21/8/2019) waktu AS atau Kamis (22/8/2019) dini hari waktu Indonesia.

Seringkali MOM rapat FOMC dijadikan bahan bagi pelaku pasar untuk menebak arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Bila terdapat nada-nada yang semakin kalem (dovish) dari The Fed, maka pelonggaran moneter mungkin akan dilakukan lebih agresif. Rentetan penurunan suku bunga dalam jangka pendek semakin mungkin terjadi.

Kedua, pelaku pasar juga akan mencermati isi dari simposium Jackson Hole yang akan dilakukan mulai hari Kamis (22/8/2019) hingga Sabtu (24/8/2019) waktu AS. Simposium tersebut diadakan oleh The Fed dengan mengundang pihak-pihak terkait seperti perbankan dan pelaku usaha.

"Bila mereka [The Fed] berbicara mengenai pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun, [harga] emas bisa kembali menanjak. tapi bila mereka berkata 'wait and see', [harga] emas kemungkinan akan turun," ujar Bob Haberkorn, strategist pasar senior RJO Futures, dikutip dari Reuters.

Sebagaimana yang diketahui, penurunan suku bunga acuan The Fed (Federal Fund Rate/FFR) akan menyebabkan dolar AS kebanjiran likuiditas. Mata uang Negeri Paman Sam pun akan punya kecenderungan melemah.

Dalam kesempatan itu, emas akan menjadi semakin menarik untuk investor. Pasalnya saat ini transaksi emas di pasar global dilakukan dengan dolar AS. Kala dolar melemah harga emas juga makin murah bagi pemegang mata uang lain.

Selain itu, investor juga akan terpapar risiko koreksi nilai aset kala dolar AS melemah. Alhasil emas juga akan semakin banyak diborong untuk dijadikan instrumen pelindung nilai (hedging).

Mengutip CME Fedwatch hari ini, probabilitas FFR diturunkan 75 basis poin hingga akhir tahun 2019 telah mencapai 50,4%, naik dari posisi hari Senin (19/8/2019) yang hanya 44,3%.

Sementara peluang FFR diturunkan 50 basis poin hingga akhir tahun 2019 tinggal 41,5% yang mana turun dari posisi awal pekan yang sebesar 42,5%.

Hal itu menandakan bahwa pelaku pasar semakin yakin penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS dilakukan dengan sangat agresif. Setidaknya hingga saat ini.

Selasa, 20 Agustus 2019

KONTAK PERKASA-FUTURES - Jokowi Bakal Larang Ekspor Nikel, Bagaimana Nasib Antam?

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 20/08/2019 - Pemerintah berencana mempercepat pemberlakuan larangan ekspor bijih nikel kadar rendah yang semestinya berlaku mulai 2022 mendatang. Manajemen PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menilai rencana ini tidak akan berdampak kepada pembangunan smelter (pengolahan mineral) feronikel Antam.

Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan rencana pemerintah tersebut pada dasarnya tidak menjadi masalah bagi perusahaan, lantaran di dalam kontrak sudah ada klausul force majeure apabila ada perubahan peraturan.

"Tidak masalah lah," ujar Arie kepada CNBC Indonesia saat dihubungi, Senin kemarin (19/8/2019).

Lebih lanjut, ia menyatakan, perusahaan tetap akan mendukung penuh kebijakan pemerintah untuk menyetop ekspor bijih nikel. Dengan penyetopan itu maka harga nikel akan naik dengan sendirinya. Dia pun menegaskan, pelarangan ekspor nikel juga tidak akan berdampak kepada pembangunan smelter feronikel Antam.

Kendati demikian, Arie mengakui, jika ada penyetopan ekspor ore nikel maka Antam akan kehilangan potensi pendapatan dari komoditas itu meskipun tidak terlalu signifikan.

"Misal saja dalam setahun ada 4 juta ton ekspor sekitar US$ 150 juta per tahun kasarnya Rp 2 triliun. Target revenue kami kan bisa Rp 30 triliun. Jadi secara revenue untuk 1 tahun turun 7% lah," jelasnya.

Namun, lanjut Arie, akan ada kompensasi dari kenaikan harga dan peningkatan penjualan dan bauksit emas sehingga potensi Rp 2 triliun yang hilang itu bisa ditutupi.

Di sisi lain, Arie berpendapat, pemerintah memiliki pertimbangan lain yang lebih memberi keuntungan bagi bangsa dan negara dengan pelarangan itu. Ia mengatakan, dengan dihentikannya ekspor ore nikel maka harga nikel akan naik, dan perusahaan smelter akan mencetak lebih besar keuntungan, sehingga dapat berkontribusi lebih banyak lagi ke negara dalam bentuk pajak.

"Antam sebagai perusahaan negara harus mendukung bagi peningkatan nilai tambah bagi bangsa dan negara. Selain itu terjadi konservasi terhadap cadangan nikel yang ada di bumi," pungkasnya.

Pada perdagangan Selasa ini (20/8/2019), rencana pelarangan ekspor nikel ini membuat harga saham emiten-emiten nikel berguguran termasuk Antam. Saham ANTM minus 4,15% di level Rp 1.040/saham, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga turun 1,72% di level Rp 3.420/saham.

Menteri ESDM Ignasius Jonan sebelumnya menegaskan kebijakan percepatan larangan ekspor bijih besi sedang dipertimbangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Larang ekspor tersebut diberlakukan untuk mengembangkan industri hilir (hilirisasi nikel) agar nikel Indonesia punya nilai lebih.

"Presiden masih sedang mempertimbangkan, mau hilirisasi (nikel) ini dipercepat atau tidak," kata Jonan kepada CNBC Indonesia di Tembagapura, Minggu (18/8).
sumber : cnbcnews

Senin, 19 Agustus 2019

PT KONTAK PERKASA -Mr Trump Suka Labil, Harga Emas Masih Berpeluang Melesat

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 19/08/2019 - Harga emas dunia pada penutupan perdagangan pekan lalu sempat stagnan. Tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menahan reli emas, setelah sebelumnya pelaku pasar dikejutkan dengan ancaman resesi di Negeri Paman Sam tersebut. 

Hingga akhir pekan lalu emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.519.64/troy ons, berdasarkan data investing.com. 
Baca;

PT KONTAK PERKASA – Emas Global Koreksi, Harga Emas Antam Hari Ini Tak Bertenaga


Melihat grafik harian tampak harga emas masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), dan MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram juga di area positif namun bergerak menurun. Indikator ini masih memberikan gambaran peluang penguatan emas dalam jangka menengah.



Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 dan MA 21, tetapi masih di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan mendekati wilayah jenuh jual (oversold). 

Support terdekat di kisaran US$ 1.515, selama tidak menembus ke bawah level tersebut emas berpeluang kembali menguat menguji kembali resisten (tahanan atas) US$ 1.526. 

Penembusan di atas resisten tersebut akan membuka peluang ke area US$ 1.530. Resisten selanjutnya berada di level US$ 1.536. 

Sementara jika support ditembus, harga emas berpeluang turun ke US$ 1.508. Outlook emas dalam jangka pendek masih menguat selama tidak menembus US$ 1.508. 

Namun mengingat harga emas masih "galau", jika level US$ 1.508 ditembus secara konsisten, emas berpotensi turun menguji level psikologis US$ 1.500.

Isu perang dagang yang saat ini mereda begitu juga dengan resesi membuat harga emas belum mampu melanjutkan kenaikan lagi. Dua isu ini masih akan mempengaruhi pergerakan harga emas ke depannya. 

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan sinyal positif terkait negosiasi dagang dengan China. 

"Sepengetahuan saya, pertemuan pada September masih terjadwal. Namun yang lebih penting dari pertemuan itu, kami (AS dan China) terus berkomunikasi melalui telepon. Pembicaraan kami sangat produktif," begitu ucapan Trump yang membuat pasar sedikit tenang, dikutip dari Reuters. 

Asa damai dagang kembali menyeruak. Ada harapan perundingan dagang AS dan China di Washington pada awal September menuai hasil positif.

Namun, apa yang diutarakan oleh Trump tidak bisa dijadikan sentimen untuk jangka panjang. Sejarah menunjukkan apa yang dikatakan oleh Presiden AS ke-45 ini kerap berubah-ubah, sekarang memberikan asa damai dagang, besok bisa memberikan kecemasan eskalasi perang dagang. 

Kemudian isu resesi mulai mereda setelah yield obligasi (Treasury) AS tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun sudah tidak lagi mengalami inversi. 

Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah. Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi. 

Namun, pergerakan yield Treasury itu dinamis, dan sewaktu-waktu bisa saja mengalami inversi lagi. 

Isu perang dagang dan resesi yang mereda membuat harga emas rentan terkoreksi pada hari ini, tetapi tidak menutup kemungkinan kembali menguat mengingat kedua isu tersebut bisa berubah setiap saat. 

Meski dalam jangka pendek harga emas terlihat "galau", tetapi untuk jangka panjang peluang berlanjutnya penguatan harga emas masih cukup besar melihat outlook pelonggaran moneter bank sentral global. 

Kamis, 15 Agustus 2019

KONTAK PERKASA FUTURES - Celah Bearish Muncul Di Pasar Bullish Emas

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 15/08/2019 -  Setelah tiga minggu berturut-turut mengalami penguatan, retakan mulai muncul di lapisan bullish emas, terutama di kalangan analis Wall Street, menurut hasil terbaru dari Survei Emas Mingguan Kitco News.
Ini telah menjadi minggu yang bergejolak untuk logam mulia karena resesi terburuk dan level terendah baru dalam imbal hasil obligasi mendorong investor dari pasar ekuitas dan menjadi aset safe havenalternatif. Namun, pasar emas sedang bersiap untuk mengakhiri minggu dari level tertinggi enam tahun, yang dicapai awal pekan lalu.
Meskipun sentimen, terutama di kalangan analis Wall Street, tetap jelas bullish, sikap kehati-hatian terus menjalar ke pasar.
"Saya pikir sekarang adalah waktu bagi pasar emas untuk beristirahat, tapi mungkin tidak lama," kata Jasper Lawler, kepala riset pasar di London Capital Group. "Bank-bank sentral berada di puncak devaluasi mata uang mereka, dan itu akan baik untuk emas."
Pekan sebelumnya 17 profesional pasar mengambil bagian dalam survei Wall Street. Sebanyak 10 pemilih (59%) menyerukan emas menjadi lebih tinggi pada minggu ini. Sementara itu, tiga analis (18%) mengatakan mereka bearish terhadap emas dalam waktu dekat. Empat peserta (24%) melihat harga emas diperdagangkan sideways dalam minggu ini.
Polling Main Street online Kitco memiliki 1.140 responden. Partisipasi dalam jajak pendapat mencapai tertinggi baru dalam satu tahun, tanda bahwa minat ritel terus tumbuh di pasar. Sebanyak 815 pemilih (71%) meminta emas untuk naik lebih lanjut. 168 peserta lainnya (15%) memperkirakan emas akan jatuh. 156 pemilih yang tersisa (14%) melihat pasar sideways.
Dalam survei terakhir, Main Street dan Wall Street keduanya bullish pada harga untuk minggu sebelumnya yang sekarang mereda. Pada 12:20 siang EDT, emas berjangka Comex Agustus diperdagangkan di level $ 13,00 lebih tinggi sejauh minggu ini di $ 1,521,30 per ons.
Bagi banyak analis pendorong utama untuk emas yang lebih tinggi adalah jatuhnya imbal hasil obligasi, sebuah tren yang diperkirakan tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Menurut banyak analis, sekarang ada perlombaan ke dasar di antara bank-bank sentral global setelah gubernur bank sentral Finlandia, Olli Rehn, mengangkat prospek langkah-langkah pelonggaran baru dari ECB.
Richard Baker, editor Eureka Miner Report, mencatat bahwa emas naik ke level tertinggi multi-tahun baru terhadap euro pada minggu lalu.
"Dengan tingkat obligasi yang semakin negatif di Eropa dan Jepang, emas dengan yield nol tetap bagus," katanya. "Tingkat riil 10 tahun sebenarnya turun sedikit negatif pada minggu lalu - bahkan dengan jatuhnya ekspektasi inflasi - membuat biaya memegang emas sangat murah di AS."
Adrian Day, ketua dan kepala eksekutif Adrian Day Asset Management, mengatakan bahwa bahkan dengan reli emas baru-baru ini, ada permintaan yang cukup untuk mendorong harga yang lebih tinggi dalam waktu dekat.
"Banyak investor merasa bahwa beberapa lindung nilai diperlukan dalam situasi saat ini - Fed yang mudah, pasar saham yang fluktuatif, protes di Hong Kong," katanya. "Jika seseorang menempatkan sejumlah kecil portofolio ke dalam emas sebagai asuransi, maka harganya kurang penting."
Namun, beberapa analis yang bullish jangka panjang juga berhati-hati karena emas tampaknya sedang menguji resistensi jangka panjang.
Mark Leibovit, penerbit VR Metals / Resource Letter, mengatakan bahwa dia bullish pada emas, tetapi dia melihat untuk menarik kembali.
Kevin Grady, presiden Phoenix Futures and Options LLC, mengatakan fakta bahwa emas mampu menahan dukungan awal di atas $ 1.480 menunjukkan bahwa ada beberapa kekuatan mendasar di pasar.
Meskipun membeli emas pada level ini mungkin bukan perdagangan yang menarik saat ini, Grady mengatakan bahwa banyak investor memperdagangkan emas melalui opsi dan buying calls pada penurunan.
Dia menambahkan bahwa satu perdagangan yang dia suka adalah penyebaran call bullish. Ketika emas bergerak kembali ke level $ 1.480, November investor dapat membeli di call $ 1.510 dan pada saat yang sama menjual di call $ 1.575, katanya.
Di sisi lain, beberapa analis mengatakan bahwa emas akan dikoreksi dan pasar sudah terlalu tinggi. Sean Lusk, co-direktur lindung nilai komersial di Walsh Trading, mengatakan dia bearish untuk minggu kedua.
Meskipun dia tidak akan memperpendek pasar di lingkungan saat ini, Lusk mengatakan bahwa dia akan mengharapkan beberapa investor untuk mengambil keuntungan.
"Ada banyak menghendaki di pasar, dan saya pikir ada koreksi di kartu," katanya.
Colin Cieszynski, kepala analis pasar di SIA Wealth Management, mengatakan bahwa ia juga bearish terhadap emas dalam waktu dekat. Namun, jangka panjang ia tetap bullish karena kebijakan moneter bank sentral yang dovish akan terus mendukung harga.
"Emas memiliki kinerja yang baik, tetapi momentum ke atas telah melambat dan banyak perkembangan negatif di sekitar kurva imbal hasil dan perang perdagangan sudah ada di luar sana dan dimasukkan ke dalam harga," katanya. "Mungkin perlu sesuatu yang baru untuk bergerak lebih tinggi." (frk)
Sumber: Kitco News

Rabu, 14 Agustus 2019

PT KONTAK PERKASA -Harga emas turun pada hari Rabu waktu Asia karena keputusan AS

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 14/08/2019 - Harga emas turun pada hari Rabu waktu Asia karena keputusan AS untuk menunda pengenaan tarif pada barang-barang Cina tertentu mengurangi ketegangan antara kedua belah pihak dan mengurangi permintaan untuk logam safe-haven.

Emas berjangka untuk pengiriman Desember diperdagangkan di divisi Comex New York Mercantile Exchange turun 0,4% menjadi $ 1,507.95.

Perwakilan Dagang Amerika Serikat mengumumkan dalam semalam bahwa produk-produk tertentu termasuk pakaian dan ponsel telah dihapus dari daftar tarif berdasarkan “kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lain” dan tidak akan menghadapi tarif tambahan 10%.

Tarif lain akan ditunda hingga 15 Desember dari 1 September untuk barang-barang tertentu, katanya.(Arl)

Sumber : Investing.com(END)

Selasa, 06 Agustus 2019

KONTAK PERKASA FUTURES - Diserbu Dua 'Perang', Harga Emas Naik Lagi


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 06/08/2019 - Harga emas dunia masih terus menanjak dan berada di posisi tertinggi dalam enam tahun. Risiko perekonomian global yang meningkat akibat perang dagang dan perang mata uang (currency war) membuat investor banyak mengalihkan aset mereka ke bentuk safe haven.
Pada perdagangan hari Selasa (6/8/2019) pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) menguat 0,42% ke level US$ 1.470,7/troy ounce (Rp 662.051/gram).

Adapun harga emas di pasar spot naik 0,18% menjadi US$ 1.466,19/troy ounce (Rp 660.021/gram).
Harga emas COMEX dan spot juga ditutup menguat masing-masing sebesar 0,49% dan 1,61% pada sesi perdagangan kemarin (5/8/2019).



Eskalasi perang dagang menjadi salah satu sentimen utama yang mendorong harga emas hingga saat ini.

Setelah Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan mengenakan bea impor baru sebesar 10% atas produk asal China senilai US$ 200 miliar mulai 1 September 2019, China mulai mengeluarkan serangan balasan.

Juru bicara Kementerian Perdagagan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan asal negaranya telah menghentikan pembelian produk-produk agrikultus asal AS, seperti dikutip dari Reuters.
Tampaknya China benar-benar sudah berang dengan kelakuan AS, yang diwakili oleh Trump.
"Ini adalah pelanggaran serius dari hasil pertemuan antara Presiden China dan Presiden AS," ujar Menteri Perdagangan China, dikutip dari CNBC International.
China merupakan salah satu pembeli terbesar produk-produk agrikultur AS. Bila pembelian tersebut terhenti, maka akan ada banyak petani AS yang terkena dampaknya.
Sayangnya, petani merupakan salah satu konstutien penting bagi Trump yang akan mengikuti pemilu tahun 2020 mendatang. Seharusnya ini pukulan telak bagi AS.

Baca : 

KONTAK PERKASA FUTURES – Harga Emas Antam Rp 690.000/Gram, Rekor Lagi!


Perang dagang semakin tidak terlihat ujungnya dan bahkan semakin parah.
Selain itu, pemerintah China disinyalir 'memainkan' mata uangnya.
Hal itu terjadi sebelum sesi perdagangan kemarin dibuka, dimana Bank Sentral China (People Bank of China/PBOC) menetapkan nilai tengah mata uangnya di level CNY 6,922/US$ yang merupakan terendah sejak 3 Desember 2018.
Sementara pada akhir perdagangan kemarin kurs yuan ditutup pada level CNY 7,03/US$ yang merupakan posisi paling lemah sejak Maret 2008.

Di China, pegerakan nilai mata uang tidak murni hanya karena mekanisme pasar. PBOC punya wewenang untuk menetapkan nilai tengah mata uangnya di setiap sesi perdagangan. Dengan cara tersebut, otoritas moneter dapat mengatur batas pergerakan mata uangnya.

Ada kemungkinan hal itu dilakukan untuk memperkuat ekspor China. Karena ketika yuan melemah, harga produk-produk asal Negeri Tirai Bambu menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain. Alhasil harga ekspor akan lebih kompetitif di pasar global.
Jadi walaupun sulit masuk ke AS karena ada bea impor yang tinggi, barang-barang 'murah' asal China akan lebih mudah menembus pasar di negar-negara lain.
Beberapa analis bahkan memperkirakan pelemahan yuan akan terus berlanjut dan menembus level CNY 7,3/US$, seperti dikutip dari Reuters.

Trum dibuat geram dengan langkah yang diambil oleh pemerintah China, yang lagi-lagi dituangkan melalui cuitan di Twitter.
"China melemahkan mata uang mereka ke level terendah hampir sepanjang sejarah. Ini disebut 'manipulasi mata uang'. Apakah Anda mendengarkan, wahai Federal Reserve? Ini adalah pelanggaran besar yang akan sangat melemahkan China dari waktu ke waktu!" tulis Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.

Masih belum jelas langkah apa yang akan diambil oleh Washington selanjutnya. Namun jika kemudian banyak negara lain melakukan hal serupa (melemahkan mata uang demi menggenjot ekspor), maka terjadilah apa yang disebut perang mata uang.

Dalam kondisi seperti ini, tingkat ketidakpastian perekonomian global semakin membuncah. Investor semakin dibuat takut untuk masuk ke instrumen-instrumen berisiko.
Alhasil, emas banyak diburu karena sifatnya sebagai pelindung nilai (hedging).

(Asumsi kurs: Rp 14.000/US$) . Smber : cnbcnews

Senin, 05 Agustus 2019

PT KONTAK PERKASA - Duh! Dalam Tiga Hari, Riyal Hajar Rupiah Hingga 1,7%


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 05/08/2019 - Mata uang riyal Arab Saudi kembali menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (5/8/19). Penguatan hari ini membuat riyal menunjukkan kinerja impresif memasuki bulan Agustus dengan naik tiga hari beruntun. 

Pada pukul 17:40 WIB, riyal diperdagangkan di kisaran Rp 3.799 atau menguat 0,56% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Total dalam tiga hari terakhir riyal sudah menguat 1,7% dan berada di level terkuat sejak 19 Juni lalu. 




Penguatan dalam tiga hari langsung menghapus pelemahan 0,79% sepanjang bulan Juli. Riyal terus mendapat tenaga untuk menguat setelah bank sentral Arab Saudi yang memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,75% pada pekan lalu, menyusul kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed). 

Bank sentral Arab Saudi pada tahun lalu empat kali menaikkan suku bunga untuk membendung penguatan dolar akibat kenaikan suku bunga The Fed. Kenaikan suku bunga tersebut membuat roda perekonomian tersendat apalagi dengan harga minyak mentah yang tidak kunjung stabil. 

Pemangkasan oleh bank sentral Arab Saudi tersebut dapat memberikan stimulus ke perekonomian yang sedang terbebani harga minyak mentah yang belum stabil.


Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang kuartal II-2019 perekonomian Indonesia hanya tumbuh 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia. Pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%. 

Mengingat pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan kedua tahun ini ternyata melambat, maka target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah untuk tahun 2019 di level 5,3% tampak akan kian sulit untuk tercapai. 

Rilis data tersebut menambah tekanan bagi Mata Uang Garuda yang membuat sulit bangkit dari tekanan riyal.

smber: cnbcnews