Jumat, 21 Desember 2018

Setelah Drop Dalam, Harga Minyak Mulai Berbalik Arah


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 21/12/2018 -  Harga minyak mentah dunia mulai memperlihatkan tanda-tanda berbalik arah (rebound) setelah jatuh cukup dalam pada penutupan sesi perdagangan kemain (20/12/2018).

Hingga pukul 10:16 WIB, harga minyak mentah jenis Brent mulai naik sebesar 1,07% ke level US$ 54,93/barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis lightsweet menanjak 1,20% ke angka US$ 46,43/barel.

Pada perdagangan kemarin kemarin harga minyak mentah jenis Brent turun cukup jauh sebesar 5,05%, senada dengan jenis WTI yang terperosok sejauh 4,75%. Jatuhnya harga minyak kemarin menghantarkan harga minyak jenis Brent ke level harga terendah sejak September 2017, dan jenis WTI ke harga terendahnya sejak Agustus 2017.

PT Kontak Perkasa

Selain karena memang harganya yang sudah turun terlalu dalam, kenaikan harga pada hari ini sedikit ditopang dengan adanya pernyataan Menteri Energi Arab Saudi pada hari kemarin, yang menyatakan bahwa stok minyak global akan jatuh pada akhir kuartal I-2019 seperti yang dilansir Reuters. 


"Kami akan tetap fokus pada hal fundamental. Saya dapat mengatakan kita akan mencapai keseimbangan supply-demand pada akhir 2019".

Terlebih, kemarin Reuters melansir bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dilaporkan berencana merilis tabel yang berisi rincian kuota pemotongan pasokan sukarela di antara anggota dan sekutunya. Lebih jauh lagi, Sekretaris Jenderal OPEC, Mohammad Barkindo memuji Arab Saudi yang yang akan memotong produksinya jauh di atas kesepakan output yang disepakati awal bulan. 

Barkindo mengatakan, untuk mencapai pemotongan yang diusulkan 1,2 barel per hari (bph), pengurangan efektif untuk negara-negara anggota akan berkisar 3,02%, naik dari yang semula 2,5%.

Sentimen positif juga datang dari Afrika. Menurut laporan dari perusahaan minyak negara Libya (NOC), sampai kemarin ladang minyak terbesar Libya, El saharara, belum kembali beroperasi akibat blokade dari kelompok pemberontak bersenjata. 

Padahal, sehari sebelumnya Pernada Menteri Fayez al-Sarraj terbang langsung ke sana untuk membujuk pendemo dan mengatakan ladang minyak tersebut akan dibuka kembali. Libya memang bukan produsen minyak utama OPEC, tap produksinya mencapai 817.000 barel/hari. Dengan hilangnya setengah pasokan minyak libya, pasokan minyak dapat sedikit berkurang.

Namun demikian, sentimen negatif tetap kuat mengawal fluktuasi harga minyak. Bayang-bayang perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi masih akan terus menghantui hingga akhir 2019 mendatang. 
Setelah Drop Dalam, Harga Minyak Mulai Berbalik Arah

Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) kemarin mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps ke kisaran 2,25% - 2,5%, dan diprediksi masih akan menaikkan suku bunga dua kali (50 bps) lagi hingga tahun depan. 

Hal ini mengkonfirmasi pengetatan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada perlambatan ekonomi AS tetap berlanjut hingga akhir tahun depan. 

Bahkan, The Fed memprediksi ekonomi AS hanya akan tumbuh 2,3% pada 2019, melambat cukup jauh dari pertumbuhan tahun ini yang berada di kisaran 3%.

Nampaknya, perlambatan ekonomi bukan hanya milik AS. Proyeksi perlambatan ekonomi juga dikemukakan oleh Ogranisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat di tahun depan, yaitu sebesar 3,5% dari 3,7% pada tahun ini.
PT Kontak Perkasa

Perlambatan ekonomi dapat berdampak pada berkurangnya permintaan minyak yang merupakan salah satu sumber energi terbesar saat ini. Permintaan minyak diprediksi akan menurun tahun depan, seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. sbr/cnbc