Tampilkan postingan dengan label pt kpf bali. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pt kpf bali. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Agustus 2020

KONTAK PERKASA || Harga Emas Stabil Menjelang Komentar Fed; Silver Jatuh


 PT KONTAKPERKASA FUTURES BALI 26/08/2020 - Harga Emas stabil seiring pasar bersiap untuk kemungkinan sinyal dari Federal Reserve terkait langkah kebijakan penting berikutnya selama pertemuan tahunan di Jackson Hole. Perak melanjutkan penurunannya untuk hari keempat.

Harga Emas di pasar Spot stabil di $ 1.925,14/oz pada pukul 9:08 pagi waktu Singapura setelah turun selama tiga hari terakhir. Perak Spot turun 0,3% menjadi $ 26,4450/oz, turun untuk hari keempat dalam rekor terpanjang sejak Maret.

Ketua Jerome Powell akan berkomentar pada hari Kamis di simposium Kansas City Fed tentang tinjauan kerangka kebijakan yang telah lama ditunggu-tunggu oleh Fed. Pandangan terbagi antara toleransi bank sentral yang lebih besar untuk inflasi dan paket stimulus besar versus aktivitas ekonomi yang lemah dan kelambanan di pasar tenaga kerja. (Tgh)

Sumber: Bloomberg

Jumat, 03 Januari 2020

PT KONTAK PERKASA || Emas Catatkan Penutupan Tertinggi Sejak Akhir September



PT KONTAKPERKASA FUTURES BALI 03/01/20 - Harga emas naik untuk sesi ketujuh berturut-turut pada hari Kamis untuk berakhir pada level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan, tidak terpengaruh oleh kekuatan di pasar saham AS dan dolar setelah logam mulia mencetak kenaikan satu tahun terbesar sejak 2010.
Emas untuk pengiriman Februari di Comex naik $ 5, atau 0,3%, menjadi $ 1.528,10 per ons. Itu merupakan penyelesaian tertinggi untuk kontrak paling aktif sejak 24 September, dan kenaikan tujuh sesi adalah kenaikan beruntun terpanjang sejak yang berakhir 7 Juni, menurut data FactSet.
Sementara perak Maret, naik 12,5 sen, atau 0,7%, menjadi $ 18,046 per ons, pasca penurunan 0,4% pada hari Selasa, hari perdagangan terakhir sebelum liburan Hari Tahun Baru, Rabu.(mrv)
Sumber: Marketwatch

Jumat, 15 November 2019

KONTAK PERKASA FUTURES || Emas Pangkas Gain Mingguan pasca Komentar Kudlow terkait Kesepakatan



PT KONTAKPERKASA FUTURES BALI 15/11/2019 - Emas menurun, memangkas kenaikan mingguan keempat untuk kali kelima, setelah penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengisyaratkan kemajuan dalam kesepakatan perdagangan dengan China.

Harga emas spot turun sebanyak 0,3% menjadi $ 1,466.90 / oz dan diperdagangkan pada $ 1,468.50 pada 9:56 pagi di Singapura; + 0,6% pekan ini.

Indeks Spot Dolar Bloomberg -0.1%.

Logam mulia lainnya: Harga perak spot -0,2% hingga $ 16,9965 / ons. Palladium + 0,1% hingga $1,741.21 / ons. Platinum + 0,2% menjadi $ 882,52 / ons.(yds)

Sumber: Bloomberg(END)

Kamis, 19 September 2019

KONTAK PERKASA || Emas Berakhir Dengan Meraih Gain Beruntun Ketiga Jelang Keputusan Kebijakan The Fed

PT KONTAKPERKASA FUTURES BALI 19/09/2019 - Emas membukukan kenaikan ketiga berturut-turut sebelum kesimpulan dari pertemuan Federal Reserve di mana para pembuat kebijakan secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga pada hari Rabu.
Pertemuan The Fed datang di tengah meningkatnya volatilitas di pasar uang AS yang meningkatkan peluang bagi bank sentral untuk memperluas neraca keuangannya. Dari 2008 hingga 2011, The Fed membeli $ 2,3 triliun utang, mengirimkan emas ke rekornya tahun itu.

KONTAK PERKASA||Potensi Harga Emas Cetak Rekor Masih Terbuka!

Harga emas juga menguat karena investor mempertimbangkan dampak rencana Presiden Donald Trump untuk memperluas sanksi terhadap Iran. Logam telah meningkat dalam dua sesi terakhir setelah serangan terhadap fasilitas minyak kritis di Arab Saudi yang dikatakan kerajaan itu "tidak diragukan lagi" disponsori oleh Iran.
Emas berjangka untuk pengiriman Desember ditutup 0,2% lebih tinggi pada $ 1,515.80 per ons pada 1:31 siang. di Comex di New York, setelah turun sebanyak 0,4% sebelumnya. Perak berjangka turun 1,2% di Comex, sementara platinum dan paladium menurun di New York Mercantile Exchange.(mrv)
Sumber: Bloomberg

Jumat, 22 Februari 2019

Damai Dagang AS-China Sudah di Depan Mata?


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 22/02/2019 - Pasar keuangan Indonesia bergerak variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat, sementara nilai tukar rupiah dan harga obligasi pemerintah terkoreksi. 

Kemarin, IHSG berhasil finis di zona hijau dengan penguatan 0,38%. Gerak IHSG cenderung labil, sempat merasakan pelemahan. 


Sementara rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,16%terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berbeda dengan IHSG, rupiah seharian istiqamah di zona merah alias selalu melemah. 

PT KONTAK PERKASA

Kemudian imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 2,3 basis poin. Kenaikan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang turun karena sepi peminat atau malah ada aksi jual. 



Sentimen yang mewarnai perdagangan kemarin memang agak campur aduk. Pertama, pasar dibuat bingung oleh notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserves/The Fed edisi Januari 2019. Jerome 'Jay' Powell seakan berada di persimpangan.
 
Dalam notulensi tersebut, The Fed memang kembali mengutarakan kata 'sabar' dalam hal kenaikan suku bunga acuan. The Fed masih ingin melihat dampak dari kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan tahun lalu. 
Namun di sisi lain, The Fed juga masih membuka peluang kenaikan suku bunga jika ada tekanan inflasi dan perbaikan pertumbuhan ekonomi. The Fed juga kemungkinan bisa mengubah posisi (stance) kembali ke hawkish. 

Sikap The Fed yang mendua ini membuat dolar AS masih mendapat angin. Peluang kenaikan suku bunga acuan tidak tertutup, sehingga berinvestasi di dolar AS masih tetap menarik. Akibatnya, pasar keuangan Asia menjadi kurang diminati. 
Lalu ada sentimen kedua yang berhasil meningkatkan optimisme pelaku pasar. Tersiar kabar bahwa AS-China sudah menyepakati nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk menuju damai dagang. 
Mengutip Reuters, beberapa orang sumber mengungkapkan MoU tersebut setidaknya mencakup enam poin yaitu perlindungan terhadap kekayaan intelektual, perluasan investasi sektor jasa, transfer teknologi, pertanian, nilai tukar, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan. China juga disebut sepakat untuk semakin mengurangi surplus perdagangan dengan AS. Oleh karena itu, China akan membuat daftar 10 barang yang bisa membuat ketimpangan itu semakin sempit.

PT KONTAK PERKASA

Sentimen yang mixed ini ikut membuat pasar keuangan Indonesia bergerak mixed. Bahkan asa damai dagang pun tidak cukup kuat untuk membuat pasar keuangan Indonesia kompak menghijau.                      

Selasa, 19 Februari 2019

Pasar Kurang Gairah Kurang Tenaga, Rupiah Melemah Tipis Saja


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 19/02/19 - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah dan mata uang Asia jadi 'korban' perilaku pasar yang sedang berhati-hati menanti dialog dagang AS-China. 

Pada Selasa (19/2/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.120. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 
Rupiah mengawali hari dengan penguatan tipis yaitu 0,04%. Namun itu sangat fana, karena beberapa saat kemudian rupiah langsung terjerumus ke zona merah. Depresiasi rupiah pun semakin dalam, meski dalam rentang yang relatif terbatas. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 
 
Seperti halnya rupiah, mata uang Asia juga cenderung melemah tipis. Hanya peso Filipina yang masih mampu bertahan di zona hijau, sementara lainnya tidak selamat. 
Won Korea Selatan masih menjadi mata uang terlemah di Asia, meski depresiasinya 'cuma' di kisaran 0,2%. Kemudian baht Thailand berada di posisi kedua dari bawah, dan yuan China tepat di atasnya. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:09 WIB: 

kontak perkasa futures

 

Jumat, 15 Februari 2019

Nikkei tergelincir karena penjualan ritel AS yang lemah membangkitkan selera risiko


PT KONTAK PERKASA FUTURES 15/02/2019 - Nikkei Jepang jatuh pada hari Jumat karena data penjualan ritel AS yang suram mengurangi selera risiko investor dan menyeret turun pasar yang lebih luas, dengan eksportir dan perusahaan keuangan berkinerja buruk.
Rata-rata saham Nikkei turun 1,2 persen menjadi 20.886,27 pada istirahat siang, mundur  tertinggi dua bulan dari 21.235,62 dicapai pada hari Kamis. Sepanjang minggu ini, indeks nikkei telah naik 2,7 persen

Dari keseluruhan merasa tertekan oleh laporan dari Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan penjualan ritel pada bulan Desember mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun terakhir, memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi.
Eksportir secara luas lebih rendah, setelah yen naik 0,1 persen terhadap dolar menjadi 110,33.
Indeks Topix yang lebih luas turun 0,9 persen menjadi 1.575,16. Masalah menurun lebih banyak dari pada yang naik 1.499 ke 546. (tgh)
Sumber: Reuters

Kamis, 14 Februari 2019

Dolar AS Nyaris Sentuh Rp 14.100, Rupiah Terlemah di Asia


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 14/02/2019 - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs acuan atau kurs tengah Bank Indonesia (BI). Di pasar spot, rupiah pun bernasib sama. 

Pada Kamis (14/2/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.093. Rupiah melemah 0,47% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 
Kemarin, rupiah sempat menguat di kurs acuan BI. Namun penguatan itu ternyata hanya bertahan sehari. Meski begitu, rupiah masih menguat signifikan 2,68% sejak awal tahun. 

kontak perkasa
 
Sementara di pasar spot, US$ 1 dihargai Rp 14.090 pada pukul 10:00 WIB. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

kontak perkasa


Seiring perjalanan pasar, rupiah melemah lagi. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.095 di mana rupiah melemah 0,28%. Dolar AS sudah semakin dekat dengan Rp 14.100. 
Di level Asia, kini rupiah menjadi yag terlemah. Awalnya rupee India menyandang 'gelar' sebagai mata uang terlemah Asia, tetapi itu terjadi kala pasar keuangan Negeri Bollywood belum buka. 

kontak perkasa

Kini setelah pasar keuangan India dibuka, rupee malah bergerak menguat. Rupiah pun harus rela turun satu setrip ke dasar klasemen mata uang Asia. Tidak ada mata uang Asia yang melemah lebih dalam ketimbang rupiah. 

Senin, 11 Februari 2019

Pukul 10:00 WIB: Dolar AS Sentuh Rp 14.000


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 11/02/2019 - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sudah menyentuh Rp 14.000.

Pada Senin (11/2/2018) pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.000. Rupiah melemah 0,29% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 


Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 09:44 WIB:
PeriodeKurs
1 PekanRp 14.030,5
1 BulanRp 14.076
2 BulanRp 14.135,5
3 BulanRp 14.194
6 BulanRp 14.366
9 BulanRp 14.551
1 TahunRp 14.741
2 TahunRp 15.423

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) pukul 08:54 WIB: 
PeriodeKurs
1 BulanRp 14.025
3 BulanRp 14.130

Berikut kurs dolar AS di sejumlah bank nasional pada pukul 09:46 WIB:


PT KONTAK PERKASA
BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 13.905Rp 14.065
Bank BRIRp 13.915Rp 14.055
Bank MandiriRp 13.800Rp 14.050
Bank BTNRp 13.915Rp 14.090
Bank BCARp 13.811Rp 14.111
CIMB NiagaRp 13.990Rp 14.080

Jumat, 08 Februari 2019

Global Masih Was-was, Rupiah Terlemah Kedua di Asia


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 08/02/2019 - Rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang sesi siang. Rupiah bahkan menjadi yang terlemah kedua di kawasan Asia, Jumat (8/2/2019).

Sentimen negatif cenderung lebih mendominasi dari pada sentimen positif yang mendorong rupiah bergerak ke teritori positif.

PT KONTAK PERKASA

Hingga pukul 10:00 WIB, rupiah dibanderol Rp 13.980 per satu US$ atau melemah 0,07% dibandingkan penutupan sebelumnya di pasar spot. Pelemahan tersebut merupakan lanjutaan dari depresiasi yang terjadi kemarin.


Sentimen yang berpotensi melemahkan rupiah datang dari rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Rencananya Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan NPI pada hari ini pukul 16:00 di hadapan awak media. BI memperkirakan NPI kuartal IV-2018 bisa surplus, tetapi defisit di transaksi berjalan (current account) masih cukup lebar di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Namun demikian terdapat sentimen positif yang membuat rupiah tidak jatuh terlalu dalam, yakni dari penurunan harga minyak. Pada pukul 05:18 WIB, harga minyak jenis Brent anjlok 1,67% dan light sweet (WTI) ambrol 2,59%.

Penurunan tersebut disebabkan perkembangan dari perang dagang yang menyisakan tanda tanya. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan akan bertemu Presiden China Xi Jinping sebelum tenggat waktu gencatan senjata perang dagang pada 1 Maret mendatang, namun dibantah sendiri olehnya dalam sesi wawancara dengan media.

"Tidak," jawab Trump saat ditanya apakah dia akan bertemu Presiden China Xi Jinping sebelum 1 Maret, mengutip Reuters. Padahal sebelumnya Trump pernah mengatakan dirinya akan bertemu dengan Xi sebelum mengesahkan kesepakatan dagang AS-China.

PT KONTAK PERKASA
Sontak pernyataan Trump membuat pasar pesimis karena dihantui perlambatan ekonomi berkelanjutan, sehingga harga minyak menjadi naik karena dihantui potensi permintaan yang menurun.

Secara teknikal, rupiah memiliki kecenderungan lebih tertekan dibandingkan akselerasi dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini tercermin dari pergerakan dolar AS terhadap rupiah yang bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
Sentimen Positif lebih Sedikit, Rupiah Masih Dalam Tekanan
Mengacu pada indikator teknikal yang bersifat bersifat momentum yaitu stochastic slow, rupiah juga masih berpotensi untuk turun. Rupiah digambarkan telah memasuki fase jenuh beli (overbought) sehingga lebih condong terkoreksi.

PT KONTAK PERKASA

Tren pergerakan mata uang garuda sebenarnya masih pada fase penguatan jika dilihat dari awal tahun. Hal ini tercermin dari grafik dolar AS terhadap rupiah yang bergerak turun (downtrend).

Kamis, 07 Februari 2019

Aduh, Rupiah Kini Terlemah di Asia...


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 07/02/2019 - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot hari ini semakin menjadi. Minimnya sentimen positif membuat mata uang Tanah Air tidak bisa berbuat banyak. 

Pada Kamis (7/2/2019) pukul 09:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.975. Rupiah sudah melemah 0,42% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 
Padahal kala pembukaan pasar, depresiasi rupiah tipis saja di 0,06%. Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah seolah tanpa rem.


Sesaat setelah pembukaan pasar, rupiah berada di urutan kedua terbawah klasemen mata uang Asia. Namun dengan pelemahan 0,42%, mau tidak mau posisi rupiah melorot menjadi juru kunci. 

Memang yuan China mencatatkan depresiasi lebih dalam. Namun pasar keuangan Negeri Tirai Bambu masih tutup memperingati Tahun Baru Imlek, sehingga kurs yuan masih mencerminkan posisi akhir pekan lalu.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:04 WIB: 
 
Dari dalam negeri, sentimen negatif buat rupiah adalah penantian investor terhadap data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang rencananya dirilis esok hari. Bank Indonesia (BI) memperkirakan NPI kuartal IV-2018 bisa surplus, tetapi defisit di transaksi berjalan (current account) masih cukup lebar di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

Artinya, pasokan devisa yang berjangka panjang dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa masih seret. Padahal ini adalah fundamental penting yang menyokong rupiah, dibandingkan arus modal portofolio alias hot money yang bisa datang dan pergi sesuka hati. 
Dengan kondisi fundamental yang agak rentan, rupiah pun ikut rawan terdepresiasi. Investor tentu menjadi berpikir ulang untuk mengoleksi rupiah, karena nilainya berisiko turun pada kemudian hari. 
Selain itu, harus diakui bahwa penguatan rupiah beberapa waktu terakhir sedikit 'keterlaluan'. Rupiah menguat hingga 3% terhadap dolar AS sejak awal tahun. Di hadapan mata uang lain di dunia, rupiah juga menguat signifikan. 

Ini membuat rupiah sangat mungkin terserang koreksi teknikal. Sebab investor yang sudah menang banyak tentu akan tergoda untuk mencairkan keuntungan. Rupiah pun rawan terkena ambil untung (profit taking). 
Sementara dari faktor eksternal, dolar AS sendiri memang sedang menguat secara global. Pada pukul 09:13 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat 0,88%. 
Menurut survei Reuters, ternyata dolar AS belum kehilangan pesonanya. Dalam jajak pendapat yang hasilnya dirilis 2 Februari lalu, investor justru menambah posisi jangka panjang mereka di mata uang Negeri Paman Sam. Artinya, pelaku pasar masih percaya terhadap dolar AS. 
Pada pekan terakhir 2018, posisi jangka panjang di dolar AS mencapai US$ 32,48 miliar. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 29,72 miliar. 
Sepertinya investor masih ragu terhadap prospek perekonomian di Asia, Eropa, dan wilayah lainnya. Potensi perlambatan ekonomi di China dan Zona Euro membuat pemilik modal masih berhasrat untuk memegang dolar AS. 
sumber :CNBC

Selasa, 05 Februari 2019

Selamat! Saham Infrastruktur Naik Tertinggi di Januari


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 05/02/2019 - Selama bulan Januari 2019, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa dikatakan cukup membanggakan. Kenaikan IHSG yang cukup tinggi beriringan dengan optimisme pelaku pasar terhadap prospek perekonomian Indonesia pada 2019.

Mengacu kepada data bursa Efek Indonesia (BEI) awal Februari ini, posisi IHSG berada di nomor tiga kawasan ASEAN serta nomor lima kawasan Asia Pasifik. Kencangnya laju indeks saham nusantara tersebut pastilah ditopang oleh kinerja sektor yang berada di dalamnya.

Pada bulan pertama tahun politik ini, sektor yang lajunya paling kencang ternyata sektor infrastruktur dengan kenaikan 9,97%. Sektor tersebut digerakkan oleh emiten yang berbasis telekomunikasi. Sektor ke dua yang merangsek naik adalah pertambangan yang mengalami kenaikan 8,3%.
PT KONTAK PERKASA




Ciamiknya kinerja sektor-sektor yang ada di dalam IHSG tersebut seiring dengan masuknya dana-dana asing (foreign inflow). Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Januari 2019, total dana atau net buy (beli bersih) investor asing mencapai Rp 14,36 triliun.



Salah satu sentimen yang mendorong indeks dapat berlari lebih kencang kebijakan the Fed yang memenuhi janjinya untuk tidak menaikkan suku bunga. Pada pekan lalu, The Federal Reserves (The Fed) dalam Federal Open Market Committee (FOMC) meeting menahan suku bunga acuannya di 2,25-2,5% atau median 2,375%.

Senin, 04 Februari 2019

Profit Taking & Harga Minyak Naik, Bikin Rupiah Tertekan



PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 04/02/2019 -  Reli kenaikan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sementara mulai terhenti. Aksi ambil untung (profit taking) terjadi pada rupiah, investor mencairkan keuntungan yang didapatnya pekan lalu.

Hingga pukul pukul 10:00 WIB, Senin (4/2/2019), US$ 1 dibanderol senilai Rp 13.960. Rupiah melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Penguatan rupiah pekan lalu agaknya terlalu tajam sehingga membuatnya rentan terkoreksi secara teknikal. 

Faktor selanjutnya adalah harga minyak yang masih berada di jalur pendakian. Pada pukul 09:13 WIB, harga minyak jenis brent dan light swet naik masing-masing 0,21% dan 0,2%. Dalam sepekan terakhir, harga brent sudah melesat 4,92% dan light sweet meroket 6,61%. 

KONTAK PERKASA FUTURES
Kenaikan harga minyak bukan berita bagus buat rupiah. Sebab, kenaikan harga komoditas ini akan membuat biaya impornya semakin mahal. Defisit di neraca migas bakal semakin melebar.

Secara teknikal, rupiah cenderung masih mendominasi pergerakan dibandingkan dolar Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek. Rupiah terlihat masih bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
Sumber: Refinitiv
Tren pergerakan rupiah terhadap dolar AS masih menguat dilihat dari akhir tahun lalu. Hal ini tercermin dari grafik dolar AS terhadap rupiah yang bergerak turun (downtrend). Dalam jangka pendek, rupiah berpotensi menguji level Rp 13.800.

Rupiah sempat melemah pukul 09:04 WIB, di mana US$ 1 setara dengan Rp 13.975. Rupiah melemah 0,29%. Pelemahan tersebut agaknya berkurang mengingat tensi perang dagang yang mulai mengendur. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, menyebutkan perundingan berjalan baik dan arahnya positif.

Jumat, 01 Februari 2019

Pukul 13:00 WIB: Reli Terhenti, Rupiah Bertahan di 13.950/US$


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 01/02/2019 - Mesin penguatan rupiah masih berhenti sesaat usai jam makan siang, dengan poin penguatan tetap di level 20 poin, atau sama seperti sejam sebelumnya.

Pada Jumat (1/2/2019) pukul 13:00, US$ 1 dibanderol di level Rp 13.950, atau menguat 0,14% jika dibandingkan dengan penutupan pasar spot Kamis. Posisi ini tidak berubah dari sejam sebelumnya.

Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 12:56 WIB:

PT KONTAK PERKASA
PeriodeKurs
1 PekanRp 13.934,5
1 BulanRp 13.972
2 BulanRp 14.022
3 BulanRp 14.079
6 BulanRp 14.237
9 BulanRp 14.427
1 TahunRp 14.617
2 TahunRp 15.416,1

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) pukul 12:57 WIB: 

PeriodeKurs
1 BulanRp 13.985
3 BulanRp 14.085

Berikut kurs dolar AS di sejumlah bank nasional pada pukul 12:50 WIB:

BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 13.890Rp 14.050
Bank BRIRp 13.900Rp 14.050
Bank MandiriRp 13.930Rp 14.010
Bank BTNRp 14.025Rp 14.175
Bank BCARp 13.957Rp 13.973
CIMB NiagaRp 13.970Rp 14.170

Jumat, 21 Desember 2018

Setelah Drop Dalam, Harga Minyak Mulai Berbalik Arah


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 21/12/2018 -  Harga minyak mentah dunia mulai memperlihatkan tanda-tanda berbalik arah (rebound) setelah jatuh cukup dalam pada penutupan sesi perdagangan kemain (20/12/2018).

Hingga pukul 10:16 WIB, harga minyak mentah jenis Brent mulai naik sebesar 1,07% ke level US$ 54,93/barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis lightsweet menanjak 1,20% ke angka US$ 46,43/barel.

Pada perdagangan kemarin kemarin harga minyak mentah jenis Brent turun cukup jauh sebesar 5,05%, senada dengan jenis WTI yang terperosok sejauh 4,75%. Jatuhnya harga minyak kemarin menghantarkan harga minyak jenis Brent ke level harga terendah sejak September 2017, dan jenis WTI ke harga terendahnya sejak Agustus 2017.

PT Kontak Perkasa

Selain karena memang harganya yang sudah turun terlalu dalam, kenaikan harga pada hari ini sedikit ditopang dengan adanya pernyataan Menteri Energi Arab Saudi pada hari kemarin, yang menyatakan bahwa stok minyak global akan jatuh pada akhir kuartal I-2019 seperti yang dilansir Reuters. 


"Kami akan tetap fokus pada hal fundamental. Saya dapat mengatakan kita akan mencapai keseimbangan supply-demand pada akhir 2019".

Terlebih, kemarin Reuters melansir bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dilaporkan berencana merilis tabel yang berisi rincian kuota pemotongan pasokan sukarela di antara anggota dan sekutunya. Lebih jauh lagi, Sekretaris Jenderal OPEC, Mohammad Barkindo memuji Arab Saudi yang yang akan memotong produksinya jauh di atas kesepakan output yang disepakati awal bulan. 

Barkindo mengatakan, untuk mencapai pemotongan yang diusulkan 1,2 barel per hari (bph), pengurangan efektif untuk negara-negara anggota akan berkisar 3,02%, naik dari yang semula 2,5%.

Sentimen positif juga datang dari Afrika. Menurut laporan dari perusahaan minyak negara Libya (NOC), sampai kemarin ladang minyak terbesar Libya, El saharara, belum kembali beroperasi akibat blokade dari kelompok pemberontak bersenjata. 

Padahal, sehari sebelumnya Pernada Menteri Fayez al-Sarraj terbang langsung ke sana untuk membujuk pendemo dan mengatakan ladang minyak tersebut akan dibuka kembali. Libya memang bukan produsen minyak utama OPEC, tap produksinya mencapai 817.000 barel/hari. Dengan hilangnya setengah pasokan minyak libya, pasokan minyak dapat sedikit berkurang.

Namun demikian, sentimen negatif tetap kuat mengawal fluktuasi harga minyak. Bayang-bayang perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi masih akan terus menghantui hingga akhir 2019 mendatang. 
Setelah Drop Dalam, Harga Minyak Mulai Berbalik Arah

Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) kemarin mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps ke kisaran 2,25% - 2,5%, dan diprediksi masih akan menaikkan suku bunga dua kali (50 bps) lagi hingga tahun depan. 

Hal ini mengkonfirmasi pengetatan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada perlambatan ekonomi AS tetap berlanjut hingga akhir tahun depan. 

Bahkan, The Fed memprediksi ekonomi AS hanya akan tumbuh 2,3% pada 2019, melambat cukup jauh dari pertumbuhan tahun ini yang berada di kisaran 3%.

Nampaknya, perlambatan ekonomi bukan hanya milik AS. Proyeksi perlambatan ekonomi juga dikemukakan oleh Ogranisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat di tahun depan, yaitu sebesar 3,5% dari 3,7% pada tahun ini.
PT Kontak Perkasa

Perlambatan ekonomi dapat berdampak pada berkurangnya permintaan minyak yang merupakan salah satu sumber energi terbesar saat ini. Permintaan minyak diprediksi akan menurun tahun depan, seiring dengan perlambatan ekonomi dunia. sbr/cnbc