Tampilkan postingan dengan label euro. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label euro. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Juli 2020

PT KONTAK PERKASA || Euro Sentuh Tertinggi 4 Bulan vs Dolar Terkait Stimulus, Harapan Pemulihan



PT KONTAKPERKASA FUTURES BALI 15/07/2020 - Euro naik ke level tertinggi empat bulan terhadap dolar pada Rabu ini di tengah harapan para pemimpin Uni Eropa dapat menyetujui stimulus serta kebijakan fiskal guna melindungi perekonomian dari pandemi.
Dolar berada di posisi defensif, terutama terhadap mata uang lain yang dipengaruhi oleh pertumbuhan seperti dolar Australia, yang mengikuti kenaikan inflasi AS serta berita kemajuan dalam pengembangan vaksin.
Euro naik ke level $1,1423, level tertinggi sejak 10 Maret dan tidak jauh dari puncaknya sepanjang tahun ini di $1,1495.
Terhadap yen, mata uang umum ini menyentuh tertinggi satu bulan di 122,47 sementara itu menguat tertinggi dua pekan terhadap pound Inggris pada level 91,125 pence.
Kekuatan euro membantu mendorong indeks dolar ke 96,056, level terendah satu bulan.
Dolar melanjutkan kerugian pada Selasa setelah harga konsumen AS rebound 0,6% bulan ke bulan, yang terbesar dalam hampir delapan tahun terakhir, pada bulan Juni, meredam kekhawatiran mengenai tekanan deflasi dari penurunan ekonomi.
Terkait hal tersebut, dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik 0,2% menjadi $ 0,6985.
Namun, Sterling berkinerja buruk setelah data menunjukkan ekonomi Inggris pulih lebih lambat dari perkiraan.
Pound terakhir diperdagangkan pada level $ 1,2571.
Yen sedikit bergerak pada 107,27 yen per dolar, turun dari tertinggi dua pekan di 106,635 jelang pengumuman kebijakan Bank of Japan yang diharapkan besok.(yds)
Sumber: Reuters

Rabu, 24 Juli 2019

PT KONTAK PERKASA - Ekonomi Eropa Tambah Parah, Nilai Tukar Euro Jatuh


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 24/07/2019 - Mata uang euro melanjutkan pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/7/19) hingga mendekati level terlemah dalam dua tahun terakhir.

Kondisi ekonomi zona euro yang terlihat semakin memburuk membuat mata uang 19 negara ini terpukul. Euro melemah ke level US$ 1,1125 sebelum perlahan bangkit dan berada di level US$ 1,1137 atau melemah 0,13% pada pukul 15:20 WIB di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv.




Laporan dari institusi Markit menunjukkan aktivitas bisnis (sektor manufaktur dan jasa) di zona euro semakin merosot. Data aktivitas manufaktur dan jasa dirilis ini berdasarkan survei terhadap manajer pembelian sehingga disebut juga purchasing manager index (PMI). 

Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas antara kontraksi dan ekspansi. Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau penyusutan aktivitas, sementara di atas 50 menunjukkan ekspansi atau aktivitas yang berkembang. 


Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa menunjukkan kontraksi sektor manufaktur yang semakin dalam. Angka indeks yang dirilis Markit berada di level 43,1 di bulan ini, turun dari bulan Juni sebesar 45,0. Begitu juga sektor jasa yang melambat menjadi 55,4 dibandingkan sebelumnya 55,8. 

Selanjutnya Perancis, indeks manufakturnya mengalami pelambatan signifikan menjadi 50, ambang batas antara ekspansi dan kontraksi. Padahal di bulan lalu, sektor pengolahan ini masih berada di level 51,9, sebuah penurunan yang tajam hanya dalam sebulan. Sementara sektor jasanya masih menunjukkan ekspansi sebesar 52,2, tetapi melambat dari sebelumnya 52,9. 



Ternyata tidak hanya di dua negara tersebut, zona euro secara keseluruhan juga mengalami kontraksi sektor manufaktur yang semakin dalam. Markit melaporkan indeks aktivitas manufaktur blok 19 negara turun menjadi 46,4, menjadi kontraksi terdalam sejak Desember 2012. Sektor jasa masih lebih bagus, menunjukkan ekspansi 53,3, meski melambat dari bulan sebelumnya 53,6. 

Buruknya data aktivitas bisnis tersebut membuat spekulasi pemangkasan suku bunga European Central Bank (ECB) Kamis (25/7/19) besok semakin menguat. 

Mengutip Reuters, beberapa analis berpendapat ECB di bawah Presiden Mario Draghi akan bertindak memangkas suku bunga mendahului bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk mencegah euro menguat terhadap dolar AS. 

Pelemahan mata uang memang bukan target bank sentral dalam menurunkan suku bunga, tetapi pelemahan kurs diperlukan agar produk-produk dari zona euro lebih kompetitif. 


PT KONTAK PERKASA

Analis dari Bank ING memprediksi mata uang 19 negara ini akan turun lebih dalam saat ECB mengumumkan kebijakan moneternya, melansir FXStreet.com. Selain memangkas suku bunga, ECB juga diprediksi akan memberikan sinyal adanya program pembelian aset (surat berharga dan obligasi) atau yang disebut quantitative easing(QE).

Tujuh bulan lalu, Draghi dkk mengakhiri program QE, bahkan berencana untuk menaikkan suku bunga di sekitar semester-II tahun ini. Namun kini arah angin berubah, ECB malah diprediksi akan memangkas suku bunga dan kembali menggelontorkan QE. 
smber : cnbcnews