Kamis, 21 Maret 2019

Tertinggi Dalam 3 Pekan! Harga Emas Diangkat Sentimen Global


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 21/03/2019 - Pada perdagangan Kamis siang ini (21/3/2019), harga emas masih betah berada di atas awan.
Hingga pukul 13:00 WIB, harga emas kontrak April di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) melesat sebesar 1,30% ke posisi US$ 1.318,6/troy ounce, setelah melemah 0,37% kemarin (20/3/2019)
Adapun harga emas di pasar spot juga naik 0,49% ke posisi US$ 1.318,65/troy ounce, setelah menguat 0,45% pada perdagangan kemarin.

Selama sepekan harga emas di bursa COMEX dan spot telah menguat sebesar 1,81%. Sedangkan sejak awal tahun rata-rata kenaikan harga keduanya sebesar 2,86%.
Pada posisi saat ini, harga emas COMEX dan Spot sama-sama berada pada titik tertingginya sejak tiga minggu lalu, atau sejak 28 Februari 2019.

KONTAK PERKASA FUTURES




Dini hari tadi, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengumumkan hasil rapat bulanan yang telah digelar pada Selasa-Rabu (19-20/3/2019) lalu.

Sesuai dugaan, The Fed masih tetap menahan tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) pada kisaran 2,25-2,5% atau median 2,375%.

KONTAK PERKASA FUTURES
Akan tetapi, ternyata keadaan perekonomian yang masih belum kunjung membaik, alias masih lambat memaksa The Fed untuk memangkas proyeksi suku bunga hingga akhir tahun 2019.

Hal tersebut terlihat dari dot plot (proyeksi arah suku bunga jangka menegah) yang berubah. Jika pada dot plot Desember 2019 proyeksi suku bunga The Fed berada di median 2,875% pada akhir 2019, pada dot plot terbaru nilainya turun menjadi 2,375%.

KONTAK PERKASA FUTURES
Ini berarti kemungkinan besar, FFR masih akan terus bertahan pada level yang sekarang, bahkan hingga akhir tahun 2019.

Akibatnya, kejayaan dolar yang terjadi pada tahun 2018 menjadi tinggal kenangan yang sukar untuk diulangi. Kala itu, The Fed menaikkan suku bunga hingga empat kali. Dolar menjadi tak punya lawan sebanding.

Tak hanya itu, Gubernur The Fed, Jerome Powell juga menuliskan bahwa bank sentral akan mulai menghentikan program quantitative easing secara bertahap mulai Mei mendatang, hingga habis total pada bulan September.

Seperti yang telah diketahui, sejak akhir 2017, bank sentral AS rajin melepas kepemilikan obligasi untuk mengurangi neraca yang gemuk. Setiap bulan, The Fed mengurangi sekitar US$ 50 miliar kepemilikan obligasi mereka yang mencapai sekitar US$ 4 triliun.

Alhasil kala itu likuiditas dolar di pasar akan semakin ketat, karena uang mengalir ke dalam simpanan The Fed. Semakin langka dolar beredar, maka greenback juga makin jaya.

Dengan berakhirnya pengurangan neraca, dampaknya akan mirip dengan menahan suku bunga. Secara umum, ini dapat dilihat sebagai akhir dari normalisasi kebijakan moneter di AS.

Tanpa adanya normalisasi neraca, dolar akan sulit menahan tekanan-tekanan dari mata uang lain. Alias sulit menguat, bahkan rentan untuk terdepresiasi.

Sudah tentu keadaan ini membuat investor cenderung enggan untuk berlama-lama memegang dolar. Pasalnya, jika nilainya terdepresiasi, maka nilai kekayaan akan tergerus.

Emas pun menjadi gencar diburu investor karena sifatnya yang sering dijadikan pelindung nilai. Maklum, fluktuasi nilai emas memang relatif rendah dibandingkan instrumen beresiko lainnya.

Selain itu meningkatnya risiko perekonomian global juga semakin memantapkan hati investor untuk kembali mengoleksi emas.

Jumat, 15 Maret 2019

CPO Jadi Biang Kerok Ekspor RI Amblas 11,33% di Februari 2019


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 15/03/2019 - Pada hari Jumat ini (15/3/2019), Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mengumumkan neraca perdagangan (ekspor-impor).

BPS mengatakan pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY).
KONTAK PERKASA

Sedangkan impor juga turun sebesar 13,98% YoY menjadi US$ 12,2 miliar.
Alhasil pada bulan lalu, Indonesia selamat dari yang namanya defisit neraca perdagangan luar negeri, karena berhasil membukukan surplus sebesar US$ 330 juta.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan bahwa nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.
Penyebab utamanya adalah turunnya harga minyak sawit di pasar global. 

Mengacu Bursa Malaysia Derivatives Exchange, harga rata-rata minyak sawit mentah (Crude Pam Oil/CPO) sepanjang Januari-Februari 2019 memang tercatat turun 15,18% menjadi hanya US$ 543,76/ton. Padahal pada periode yang sama tahun 2018, harga rata-ratanya berada di level US$ 641,06/ton. Diketahui bahwa harga CPO di Malaysia juga akan mempengaruhi harga di Indonesia.



Penyebabnya adalah permintaan minyak sawit global yang diprediksi terkontraksi untuk pertama kali sejak dua dekade lalu pada tahun panen 2019/2020.
KONTAK PERKASA

Berdasarkan keterangan dari B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India yang dilansir dari Reuters, produksi rapeseed akan menyentuh rekor 8 juta ton pada tahun ini. Akibatnya, ketersediaan minyak rapeseed domestik India akan meningkat lebih dari 1,5 juta ton dan akan menyebabkan permintaan minyak sawit akan turun.

Padahal India merupakan importir terbesar minyak sawit asal Indonesia, yang pada tahun 2017 volumenya mencapai 7,31 juta ton.

Sebagai informasi, rapeseed merupakan biji yang berasal dari bunga dan dapat menghasilkan minyak nabati yang fungsinya bisa menggantikan minyak sawit.
Selain itu, adanya kampanye negatif atas sawit di Eropa juga turut memberi andil pada tekanan harga CPO.

Pada hari Rabu (13/3/2019), Komisi Uni Eropa kembali menentukan kriteria baru penggunaan minyak sawit untuk bahan baku pembuatan biodiesel.

Dalam peraturan yang baru tersebut, minyak sawit dikategorikan sebagai produk yang 'tidak berkelanjutan' alias tidak bisa digunakan sebagai bahan baku biodiesel.



Bahayanya, sebagian besar, bahkan hingga 51% dari impor minyak sawit negara-negara Eropa dipergunakan untuk keperluan biodiesel. Tentu ini akan mengancam permintaan CPO. Terlebih porsi ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa mencapai 3,3 juta ton, yang mana hanya kalah dari India.

KONTAK PERKASA 

Ekspor minyak sawit sudah barang tentu tidak dapat dianggap remeh. Pasalnya komoditas tersebut menyumbang hingga 12,9% dari total ekspor non migas. Bahkan bila ditinjau dari total ekspor secara keseluruhan (migas dan non-migas), sumbangan minyak sawit mencapai 11,14% sepanjang Januari-Februari 2019.

Artinya, bila kondisi ini terus berlanjut, apalagi kalau harga CPO terus turun, maka nilai ekspor Indonesia akan terancam. Bisa jadi saat impor makin meningkat, defisit bisa kembali terjadi.

Kamis, 14 Maret 2019

Facebook Down 14 Jam Lebih, Terlama Sepanjang Sejarah?


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 14/03/2019 - Anda masih kesulitan untuk mengakses Facebook? Jika iya, Anda tidak sendiri karena banyak pengguna lain yang mengeluhkan kesulitan mengakses Facebook.

BACA JUGA : 

Perhatian! Facebook-Instagram-WhatsApp Masih Down


Facebook mengalami gangguan (down) mulai Rabu pukul 09.00 waktu Pacific Time (PT). Situs pelacak Down Detecter menghitung Facebook mengalami error lebih dari 14 jam, CNet melaporkan seperti dikutip CNBC Indonesia, Kamis (14/3/2019).


Facebook tidak menjelaskan alasan kenapa beberapa pengguna kesulitan mengakses media sosial paling populer ini. Namun, Facebook mengkonfirmasi dan menyatakan akan menyelesaikan masalah ini secepatnya.

KONTAK PERKASA FUTURES


Instagram juga down selama berjam-jam, dimulai pada waktu yang bersamaan. Namun, akun Twitter resmi Instagram mengumumkan platform sudah bisa diakses.
Error pada Facebook dirasakan beberapa pengguna di AS, Eropa, Amerika Selatan, Australia, dan Asia, menurut peta Down Detector. Pengguna WhatsApp milik Facebook juga melaporkan mengalami masalah dalam mengirim foto di aplikasi. 

Perusahaan realitas virtual Oculus, yang dimiliki oleh Facebook, juga melaporkan para penggunanya mengalami kesulitan mengakses dan menggunakan platformnya. Facebook, yang menghasilkan uang dari bisnis iklan, juga mengalami masalah dengan iklannya.

Ini adalah kali pertama dalam tahun ini Facebook sulit diakses. Pada bulan November, jejaring sosial itu mengalami hal yang sama karena uji coba yang dijalankan perusahaan. Pengguna kesulitan mengakses Facebook selama 40 menit. Pada bulan yang sama, Facebook dan Instagram down selama berjam-jam. 

KONTAK PERKASA FUTURES

Kasus Facebook down kali ini menjadi yang terlama dalam sejarah Facebook. Kasus yang sama, Facebook down dalam jangka waktu lama terjadi pada 2008 tetapi tidak selama saat ini. Kala itu Facebook memiliki 125 juta pengguna.

Smber : cnbcnews

Rabu, 13 Maret 2019

Brexit Kian Tak Jelas, IHSG Melemah Lagi


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 13/03/2019 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Rabu ini (13/3/2019) dengan pelemahan sebesar 0,17%.

BACA JUGA: 

Gara-Gara Brexit, Harga Emas Kembali Sentuh US$ 1.300


Pada pukul 9:36 WIB, pelemahan IHSG sudah melebar menjadi 0,2% ke level 6.340,81. Jika terus melemah hingga akhir perdagangan, maka IHSG akan membukukan koreksi selama 4 hari berturut-turut.
Kinerja IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,21%, indeks Shanghai turun 0,67%, indeks Hang Seng turun 0,52%, indeks Straits Times turun 0,73%, dan indeks Kospi turun 0,85%.
Kisruh terkait proses perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit) membuat pelaku pasar melepas saham-saham di Benua Kuning.
KONTAK PERKASA FUTURES

Pada Selasa (12/3/2019) waktu setempat atau Rabu (13/3/2019) waktu Indonesia, revisi proposal Brexit yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May ditolak oleh parlemen.
Seperti dilansir CNBC International, May kalah lantaran hanya terdapat 242 anggota parlemen yang mendukung proposalnya, sedangkan mayoritas atau 391 anggota parlemen menolak.
KONTAK PERKASA FUTURES

Ini jelas merupakan pukulan telak bagi May karena pada pemungutan suara pertama yang digelar bulan Januari, May juga kalah dengan skor 432 melawan 202.
Sebagai informasi, pada hari Senin (11/3/2019) May berhasil mengamankan revisi kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa. Revisi yang dimaksud akan memberikan jaminan bahwa klausul backstop, jika diaktifkan, tak akan berlaku selamanya.
Namun, Jaksa Agung Inggris Geoffrey Cox tak sependapat. Menurut Cox, revisi kesepakatan Brexit tak memberikan kekuatan hukum bagi Inggris untuk keluar dari klausul backstop secara sepihak.

Backstop merupakan klausul yang akan diimplementasikan jika Inggris dan Uni Eropa tak bisa menyepakati kesepakatan dagang dalam masa transisi selama 21 bulan setelah Brexit resmi dimulai pada Maret 2019. Klausul ini dibuat untuk mencegah adanya hard border antara Irlandia Utara (yang merupakan bagian dari Inggris) dan Irlandia (yang merupakan anggota Uni Eropa).

Backstop menjadi masalah lantaran ada ketidakjelasan mengenai implementasinya. Bisa saja itu diterapkan selamanya walau nanti Inggris-Uni Eropa berhasil menyepakati kesepakatan dagang. 

Dengan kembali ditolaknya proposal Brexit oleh parlemen, masa depan Inggris menjadi tak pasti. No-Deal Brexit alias perpisahan Inggris-Uni Eropa tanpa kesepakatan kini menjadi risiko yang nyata dan diperhitungkan oleh pelaku pasar.
Smber : cnbcnews

Selasa, 12 Maret 2019

Ikutan Wall Street, Bursa Saham Hong Kong Hijau Lagi

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 12/03/2019 -  Bursa saham Hong Kong terpantau menguat 1,46% pada jeda perdagangan Selasa (12/3/2019) seiring dengan ekspektasi penguatan bursa di regional.

Indeks Hang Seng naik 1,46%, atau 415,76 poin, menjadi 28.919,06. Hang Seng dibuka pada level 28.760 dan sempat mencatat level tertinggi yakni 28.938 dan terendah 28.734.
Secara year to date, indeks acuan bursa Hong Kong ini menguat 12% sejak awal tahun hingga Selasa ini.
Penguatan lanjutan Hang Seng ini memperpanjang fase pemulihannya setelah sempat amblas pekan lalu.

BACA JUGA : 

Penguatan Hang Seng juga ditopang jejak positif Wall Street yang disokong saham perusahaan teknologi dan energi..
Di sisi lain, AFP dan CNBC melaporkan bahwa indeks yang menjadi acuan atau benchmark pasar modal global untuk pasar negara berkembang, MSCI Emerging Markets Index, melonjak sebanyak 8% tahun ini, menurut Morgan Stanley.

Bank investasi tersebut mengatakan bahwa kenaikan indeks tersebut kemungkinan didorong karena sentimen adanya stimulus tambahan dari pemerintah China demi mendorong ekonomi negaranya dan sentimen kenaikan saham-saham di bursa saham China.
PT KONTAK PERKASA

Selain itu, menurut Morgan Stanley, makin jelasnya kemungkinan kesepakatan perdagangan antara AS dan China juga mampu mencerahkan prospek ekonomi dunia yang pada akhirnya menopang indeks acuan tersebut.

Senin, 11 Maret 2019

Arah Ekonomi Tak Pasti, Investor Wait & See Beli Emas

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 11/03/2019 - Harga emas kontrak April di bursa COMEX pada Senin pagi ini (11/3/2019) terkoreksi terbatas 0,07% ke posisi US$ 1.298,4/troy ounce, setelah melesat 1,03% pada perdagangan akhir pekan lalu (8/3/2019).

Selama sepekan, harga emas telah naik 0,85% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun juga tercatat menguat 1,33%.



BACA JUGA :

Emas Bertahan Dekati Tertinggi 1-Pekan Pasca Data Payroll AS


Kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu membuat investor masih enggan untuk melepas emas lebih banyak.

Setelah pemerintah China menurunkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 menjadi 6-6,5% (dari yang semula 6,5%), Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) melakukan hal serupa.

KONTAK PERKASA

Pada Kamis (7/3/2019), Presiden ECB, Mario Draghi mengumumkan target pertumbuhan Zona Euro menjadi 1,1%, dari yang semula 1,7%. Lebih lanjut dirinya juga mengatakan akan menahan suku bunga acuan setidaknya hingga awal 2020.

Bahkan Draghi melontarkan pernyataan yang mengonfirmasi ketidakpastian ekonomi global.

"Kita beraa di dalam masa keberlanjutan pelemahan dan ketidakpastian," ujar Presiden ECB, Mario Draghi dalam sebuah konferensi pers, mengutip Reuters.

Alhasil, harga emas yang biasa dijadikan sebagai pelindung nilai kala ekonomi tak menentu mendapat energi positif.
KONTAK PERKASA

Namun optimisme damai dagang AS-China yang kian memuncak juga masih memberi tarikan ke bawah pada pergerakan harga emas. Pasalnya bila hubungan dagang dua negara ekonomi terbesar di dunia kembali lancar, maka rantai pasokan global juga akan terdampak. Ekonomi bisa di gas.

Selasa, 05 Maret 2019

Arus Modal Kembali ke Asia

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 05/03/2019 - Arus modal asing pun kembali masuk ke pasar keuangan Asia. Di pasar saham, indeks Hang Seng dan Shanghai Composite yang tadi sempat melemah kini sudah menguat masing-masing 0,08% dan 0,9% pada pukul 14:15 WIB. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok di kisaran 1% pada penutupan perdagangan Sesi I, kini 'cuma' melemah 0,98%.  

BACA

Semangat, Rupiah! Sedikit Lagi Bisa Menguat Lho...


Aliran modal ini sedikit banyak membantu rupiah untuk memperbaiki posisi rupiah. Jika arus modal ini terus masuk, maka ada harapan rupiah bisa menyeberang ke zona hijau seperti yang terjadi saat pembukaan pasar tadi pagi

Tidak cuma rupiah, berbagai mata uang utama Asia pun mulai berani beringas di hadapan dolar AS. bahkan beberapa mata uang seperti baht Thailand atau dolar Taiwan sudah menguat. 
KONTAK PERKASA FUTURES


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 14:21 WIB:   

Senin, 04 Maret 2019

Jangan Menyerah, Rupiah!


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 04/03/2019 -  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sepertinya mulai nyaman di kisaran Rp 14.100. 

Pada Senin (4/3/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.115 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

PT KONTAK PERKASA
Sebelumnya, rupiah sudah melemah di hadapan dolar AS selama 3 hari perdagangan beruntun. Jika pelemahan saat ini bertahan hingga penutupan pasar, maka rupiah terdepresiasi selama 4 hari berturut-turut. Rantai koreksi terpanjang sejak awal Oktober 2018. 


Pagi ini, dolar AS memang masih perkasa di Asia. Mayoritas mata uang Benua Kuning melemah di hadapan greenback, di mana rupee India menjadi mata uang dengan depresiasi terdalam. 
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 07:48 WIB: 
 

Jumat, 01 Maret 2019

Penutupan Pasar: Rupiah Melemah ke Rp 14.110/US$

PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 01/03/2019 -  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sudah nyaman di kisaran Rp 14.100. 

Pada Jumat (29/2/2018), US$ 1 dibanderol Rp 14.110 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
PT KONTAK PERKASA

Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 15:56 WIB:
PeriodeKurs
1 PekanRp 14.133
1 BulanRp 14.191
2 BulanRp 14.250
3 BulanRp 14.326
6 BulanRp 14.491
9 BulanRp 14.681
1 TahunRp 14.871
2 TahunRp 15.590,1

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) pukul 15:53 WIB: 
 

PeriodeKurs
1 BulanRp 14.160
3 BulanRp 14.260

Berikut kurs dolar AS di sejumlah bank nasional pada pukul 15:45 WIB:

BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 14.030Rp 14.190
Bank BRIRp 14.045Rp 14.185
Bank MandiriRp 13.925Rp 14.175
Bank BTNRp 14.037Rp 14.212
Bank BCARp 13.941Rp 14.241
CIMB NiagaRp 14.020Rp 14.220

Kamis, 28 Februari 2019

Pukul 13:00: Kurs Rupiah Kian Tertekan ke Rp 14.075/US$


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 28/02/2019 - Nilai tukar rupiah kembali tertekan, dengan pelemahan sebesar 50 poin, di pasar spot pada siang hari ini.

Pada Kamis (28/2/2018) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.075. Rupiah melemah 0,36% dibandingkan dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.  

KONTAK PERKASA FUTURES
Berikut kurs dolar AS di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) pada pukul 13:00 WIB:
PeriodeKurs
1 PekanRp 14.091
1 BulanRp 14.139
2 BulanRp 14.202
3 BulanRp 14.267
6 BulanRp 14.431
9 BulanRp 14.614
1 TahunRp 14.804
2 TahunRp 15.545,5

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) pukul 12:59 WIB: 
 
PeriodeKurs
1 BulanRp 14.110
3 BulanRp 14.220

Berikut kurs dolar AS di sejumlah bank nasional pada pukul 12:58 WIB:
BankHarga BeliHarga Jual
Bank BNIRp 14.046Rp 14.101
Bank BRIRp 13.990Rp 14.140
Bank MandiriRp 14.035Rp 14.095
Bank BTNRp 13.972Rp 14.122
Bank BCARp 14.063Rp 14.079
CIMB NiagaRp 13.950Rp 14.130

Rabu, 27 Februari 2019

Banyak Menanggung 'Dosa', Rupiah Dihukum Pasar


PT KONTAK PERKASA FUTURES BALI 27/02/2019 -  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
masih melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah memang sudah kehabisan alasan untuk menguat. 

Pada Rabu (27/2/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.008. Rupiah melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 
Rupiah masih mampu menguat 0,06% kala pembukaan pasar, bahkan penguatan rupiah sempat menebal ke 0,09%. Namun itu hanya fatamorgana, karena sejurus kemudian mata uang Tanah Air terperosok ke zona merah. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 
 
Kali ini rupiah tidak bisa menghindar dari tren pelemahan mata uang utama Asia. Ya, hanya yuan China dan ringgit Malaysia yang masih mampu bertahan di zona hijau. 
Depresiasi 0,14% membuat rupiah menempati peringkat ketiga terbawah di klasemen mata uang Asia. Rupiah hanya lebih baik ketimbang baht Thailand dan won Korea Selatan. 
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 12:07 WIB: 

Investor Kembali Menginjak Bumi
Pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ternyata kurang ampuh mendorong mata uang Asia ke teritori positif. Pelaku pasar lebih memilih untuk melakukan ambil untung karena mata uang Asia sudah menguat sejak awal pekan ini akibat sentimen damai dagang. 

Kini, sentimen tersebut sepertinya sudah reda. Investor kembali menginjak bumi dan menghadapi serangkaian data ekonomi yang mengkhawatirkan. 

Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada kuartal IV-2018 tercatat 1,3% year-on-year (YoY), laju paling lemah sejak kuartal I-2016. Untuk keseluruhan 2018, ekonomi Hong Kong tumbuh 3%, di bawah proyeksi pemerintah yang memperkirakan di angka 3,2%. 


Kemudian harga properti residensial di AS pada Desember 2018 turun 4,2% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 4,6% YoY dan menjadi laju paling lambat sejak November 2014. 

Masih dari Negeri Paman Sam, pembangunan rumah baru (housing starts) pada Desember 2018 turun 11,2% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 1,08 juta unit. Ini menjadi angka terendah sejak September 2016. 

Data-data tersebut menunjukkan bahwa awan mendung masih menggelayuti perekonomian global. Perlambatan ekonomi sepertinya menjadi sebuah keniscayaan, tidak bisa dihindari lagi. 

Kondisi ini menyebabkan investor bermain aman, malas mengambil risiko. Arus modal pun kembali mengarah ke dolar AS. Pada pukul 12:18 WIB, Dollar Index (yang menunjukkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,15%.