Senin, 09 September 2019

PT KONTAK PERKASA || Duh Emas, Bakal Turun ke Bawah US$ 1.500 Nggak?


PT KONTAKPERKASA FUTURES BALI 09/09/2019 -  Harga emas mencatat penurunan dua pekan berturut-turut minggu lalu, meski sebelumnya sempat mencetak rekor tertinggi di tahun ini. Kabar bagus dari berbagai penjuru dunia membuat sentimen pelaku pasar membaik dan masuk kembali ke aset-aset berisiko berimbal hasil tinggi sehingga emas menjadi ditinggalkan.

Meredanya tensi geopolitik di Hong Kong, Italia, dan Inggris menjadi awal tekanan bagi emas. Menyandang status sebagai aset aman (safe haven), emas tentunya sangat diuntungkan jika terjadi gejolak politik di negara-negara yang memiliki pengaruh ke dunia finansial global.

Tekanan bagi emas semakin bertambah setelah Amerika Serikat (AS) dan China akan melakukan perundingan dagang di bulan Oktober. Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China, kedua belah pihak akan menggelar konsultasi pada pertengahan bulan ini sebagai bagian dari persiapan negosiasi tatap muka di awal bulan depan.

PT KONTAK PERKASA || Catat Nih! Kenali Emas & Tempat Menyimpan yang Aman


Kabar-kabar bagus tersebut membuat harga emas dalam sehari anjlok lebih dari 2%. Tekanan turun masih berlanjut pada hari Jumat setelah rilis data tenaga kerja AS.
Data tenaga kerja AS terdiri dari tiga item, penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (Non-Farm Payroll/NFP), rata-rata upah per jam, dan tingkat pengangguran. NFP dirilis mengecewakan, sebanyak 130.000 orang, lebih rendah dari sebelumnya 164.000 orang, juga lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebesar 165.000 orang.

Harga emas sempat menguat merespon data tersebut, tapi pada akhirnya kembali melemah setelah ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, menilai data tenaga kerja masih cukup kuat.

Dalam diskusi panel di Zurich Swiss, Powell mengatakan rilis tenaga kerja bulan Agustus konsisten dengan pandangan The Fed jika pasar tenaga kerja masih cukup kuat. Pada kesempatan yang sama, Powell juga menegaskan meski kondisi global saat ini dipenuhi ketidakpastian, tetapi ia tidak melihat atau atau memperkirakan AS akan mengalami resesi.

Tapi jika dicermati, pernyataan Powell sebenarnya hampir sama dengan pernyataan sebelumnya saat pertemuan Jackson Hole pada bulan Agustus lalu. Akibatnya emas kekurangan momentum penguatan, dan berbalik turun, tentunya dibumbui aksi ambil untung (profit taking) melihat penguatan emas belakangan ini.

Meski demikian, ada hawa-hawa emas bisa kembali menguat, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) sudah memutuskan kembali menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 bps untuk semua bank. Kebijakan ini diperkirakan mampu memompa likuiditas sebanyak CNY 900 miliar dan menurunkan suku bunga kredit perbankan.

Kemudian dari Jepang, pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal II-2019 direvisi turun yang memperkuat spekulasi Bank of Japan (BoJ) akan menggelontorkan stimulus moneter di bulan ini. Jangan lupakan European Central Bank (ECB) dan tentunya The Fed yang juga diprediksi akan memangkas suku bunga di bulan ini.

Pemangkasan suku bunga maupun stimulus moneter lainnya menyebabkan likuiditas di pasar bertambah dan inflasi berpotensi naik. Dalam kondisi seperti itu, emas yang juga merupakan aset lindung nilai terhadap inflasi akan kembali diuntungkan.

Smber : cnbcnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar